BAB I
PENDAHULUAN
Seiring
dengan krisis multi dimensi yang melanda Indonesia, banyak masalah dan
penderitaan yang dialami bangsa ini. Yang termasuk menonjol adalah dalam aspek
ekonomi, yakni terpuruknya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang
bangkrut, perbankan yang dilikuidasi dan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang
menganggur. Penyebab dari krisis ini, bukanlah karena fundamental ekonomi yang
lemah saja, tetapi karena utang swasta luar negeri yang telah mencapai jumlah
yang cukup besar. Krisis yang berkepanjangan ini adalah krisis merosotnya nilai
tukar rupiah yang sangat tajam, akibat adanya spekulasi dan jatuh temponya
utang swasta luar negeri dalam jumlah yang besar dan secara bersamaan sehingga
permintaan akan dolar meningkat, ditambah lagi dengan banyak terjadinya bencana
alam yang mengakibatkan nilai tukar rupiah yang semakin lemah.
Kebangkrutan suatu perusahaan dapat
dilihat dan diukur melalui laporan keuangan. Laporan Keuangan yang diterbitkan
oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan
perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan, yang sangat
berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat, data keuangan harus
dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis.
Hal ini ditempuh dengan cara melakukan analisis dalam bentuk rasio-rasio
keuangan. Terdapat empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dengan
model rasio keuangan yaitu :
1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan
besaran antar perusahaan atau antar waktu
2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi
asumsi alat statistik yang digunakan
3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait
dengan rasio keuangan
4. Untuk mengkaji hubungan empirik antara
rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (seperti
kebangkrutan atau financial distress).
Salah satu aspek pentingnya analisis
terhadap laporan keuangan dari sebuah perusahaan adalah untuk meramal
kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi kelangsungan hidup
perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk
mengantisipasi kemungkinan adanya potensi kebangkrutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan kombinasi
dari data keuangan suatu perusahaan yang menggambarkan kemajuan perusahaan dan
dibuat secara periodik. Ada beberapa pengertian laporan keuangan diantaranya
sebagai berikut:
a. Menurut Munawir (2002), laporan keuangan
adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan dana atau aktivitas perusahaan tersebut.
b. Sedangkan menurut Harnanto (1998), laporan
keuangan adalah keadaan keuntungan dan hasil usaha perusahaan serta memberikan rangkuman
historis dari sumber ekonomi, kewajiban perusahaan dan kegiatan yang
mengakibatkan perubahan terhadap sumber ekonomi yang dinyatakan secara
kuantitatif dalam satuan mata uang.
Laporan keuangan menggambarkan
dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam
beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya.
Laporan keuangan beserta
pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan memberikan informasi yang
berguna untuk pengambilan keputusan–keputusan investasi dan pendanaan
Tujuan ini
terangkum dengan disajikannya laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas dan
pengungkapan laporan keuangan. Selain itu, tujuan umum laporan keuangan adalah
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan-keputusn ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship)
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam
rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai perusahaan yang meliput: 1) aktiva, 2) kewajiban, 3) ekuitas, 4)
pendapatan, beban termasuk keuntungan dan kerugian, 5) arus kas.
Laporan
keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut ini:
a.
Neraca
Neraca perusahaan disajikan
sedemikian rupa yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat
tertentu maksudnya adalah menunjukkan keadaan keuangan pada tanggal tertentu
biasanya pada saat tutup buku.
b.
Laporan laba rugi
Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis mengenai
penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama
periode tertentu. Tujuan pokok laporan laba rugi adalah melaporkan kemampuan
riil perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Laporan laba rugi perusahan
disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang
diperlukan bagi penyajian secara wajar.
c.
Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menggambarkan
peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang
bersangkutan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai
komponen utama laporan keuangan,yang menunjukan:
Laporan perubahan ekuitas,
kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham
seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan
dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang
bersangkutan.
d.
Laporan arus kas
Laporan arus kas dapat
memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi
perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk
likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta
waktu arus kas dalam rangka adaptsi dengan perubahan keadaan dan peluang.
Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan
setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai
dan
membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow)
dari berbagai perusahaan.
e.
Catatan atas lapoaran keuangan
Catatan atas laporan
keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan
laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat
catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
-
Informasi
tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih
dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting
-
Informasi
yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak
disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan
ekuitas
-
Informasi
tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam
rangka penyajian secar wajar
2.2 Analisis Laporan Keuangan
Menurut Leopold A. Bernstein,
analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam
rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada
masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan
prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa
mendatang (Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty, 2002).
Analisis laporan keuangan mencakup
pengaplikasian berbagai alat dan teknik analisis pada laporan dan data keuangan
dalam rangka untuk memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-hubungan yang berarti
dan berguna dalam proses pengambilan keputusan.
Tujuan analisis laporan keuangan
sendiri menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002) antara lain :
-
sebagai
alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger
-
sebagai
alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang
-
sebagai
proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah
lainnya
-
sebagai
alat evaluasi terhadap manajemen.
Menurut
Dwi Prastowo, teknik analisis laporan keuangan dikategorikan menjadi dua
metode, yaitu :
1)
Metode analisis horizontal, adalah metode analisis yang dilakukan
dengan cara membandingkan laporan keuangan oleh beberapa periode sehingga dapat
diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Metode ini terdiri dari 4
analisis, antara lain :
a.
Analisis komparatif (comparative
financial statement analysis)
Analisis ini dilakukan dengan cara menelaah
neraca, laporan laba rugi atau laporan
arus kas yang berurutan dari satu periode ke periode berikutnya.
b.
Analisis
trend
Adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada
keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
Sebuah alat yang berguna untuk perbandingan tren jangka panjang adalah tren
angka indeks. Analisis ini memerlukan tahun dasar yang menjadi rujukan untuk
semua pos yang biasanya diberi angka indeks 100. Karena tahun dasar menjadi
rujukan untuk semua perbandingan, pilihan terbaik adalah tahun dimana kondisi
bisnis normal.
c.
Analisis arus kas (cash flow
analysis)
Adalah
suatu analisa untuk sebab – sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk
mengetahui sumber – sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. Analisis ini terutama digunakan sebagai
alat untuk mengevaluasi sumber dana penggunaan dana. Analisis arus kas
menyediakan pandangan tentang bagaimana perusahaan memperoleh pendanaannya dan
menggunakan sumber dananya. Walaupun analisis sederhana laporan arus kas memberikan
banyak informasi tentang sumber dan penggunaan dana, penting untuk menganalisis
arus kas secara lebih rinci.
d.
Analisis perubahan laba kotor (gross
profit analysis)
Adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab –
sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yng lain
atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk
periode tersebut.
2)
Metode
analisis vertikal, adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara
menganalisis laporan keuangan pada periode tertentu. Metode ini terdiri dari 3
analisis, antara lain :
- Analisis common – size
Adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada
masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur
permodalannya dan komposisi perongkosannya yang terjadi dihubungkan dengan
jumlah penjualannya. Analisis common size menekankan pada 2 faktor,
yaitu : pertama sumber pendanaan, termasuk distribusi pendanaan antara
kewajiban lancar, kewajiban tidak lancar dan ekuitas dan yang kedua, komposisi
aktiva, termasuk jumlah untuk masing-masing aktiva lancar aktiva tidak lancar.
- Analisis impas (break-even)
Adalah analisa
untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan
agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh
keuntungan. Dengan analisa
break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian
untuk berbagai tingkat penjualan.
- Analisis ratio.
Analisis ratio adalah suatu cara untuk
menganalisis laporan keuangan yang mengungkapkan hubungan matematik antara
suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos
lainnya.
2.3 Analisis Ratio Keuangan
Analisis rasio (ratio analysis)
merupakan suatu alat analisis keuangan yang sangat populer dan banyak
digunakan. Namun perannya sering disalah pahami dan sebagai konsekuensinya,
kepentingan sering dilebih-lebihkan.
Input dasar untuk analisa rasio
keuangan adalah laporan rugi laba dan
neraca pada suatu periode tertentu yang akan dievaluasi. Kita harus ingat bahwa rasio merupakan alat untuk
menyatakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari, dalam hal ini adalah
kondisi financial perusahaan. Rasio merupakan titik awal, bukan titik
akhir. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasikan area yang
memerlukan investigasi lebih lanjut. Analisis rasio dapat mengungkapkan
hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan
tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang
membentuk rasio (Wild, Subramanyan, Hasley, 2004).
Analisa ratio digunakan untuk
membandingkan berbagai perkiraan dalam kategori berbeda, yaitu perkiraan antara
perkiraan satu dengan yang lainnya, baik perkiraan antar R/L, maupun R/L dengan
neraca.
Analisa rasio tidak hanya menggunakan rumus
terhadap data keuangan, tetapi juga mengintrepretasikan nilai rasio tersebut
dengan menggunakan beberapa analisa, yaitu:
a. Analisa antar perusahaan
Rasio perbandingan antar perusahaan
yang berbeda pada waktu yang sama yaitu membandingkan kinerja perusahaan dengan
perusahaan pembanding dimana nilai ratio perusahaan dibandingkan dengan nilai
rasio perusahaan pembanding dengan tujuan untuk perbaikan. Hal ini dilakukan
untuk memeriksa apakah terjadi penyimpangan terhadap standar industri.
b. Analisa berkala dari waktu ke waktu atau
analisa deret berkala
Hal ini dilakuakan berdasarkan pada
teori bahwa perusahaan harus dievaluasi keadaan masa lalunya untuk mengetahui
arah perkembangannya serta tindakan apa yang sesuai yang harus dilakukan
perusahaan untuk jangka menengah dan panjang.
c. Analisa gabungan
Pendekatan yang lebih informatif
terhadap analisa rasio adalah gabungan dari analisa antar perusahaan dan
analisa deret berkala. Dalam analisa gabungan terdapat kaitan antara analisa
retio perusahaan dengan trend dari industri. Pada umumnya semakin rendah ratio
mencerminkan rata-rata penagihan perusahaan semakin baik.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisa ratio, diantaranya:
1.
sebuah
ratio tunggal secara umum tidaklah dapat memberikan informasi yang memadai
untuk mengetahui seluruh kinerja perusahaan.
2.
laporan
keuangan yang dibandingkan harus dalam periode yang sama. Jika tidak maka
penyimpangan yang disebabkan oleh dampak musiman dapat menghasilkan kesimpulan
yang salah karena pembuatan keputusan yang salah.
3.
sebaiknya
menggunakan dasar laporan keuangan yang telah diaudit karena data keuangan
perusahaan dapat mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya.
4.
data
yang diperbandingkan disususn dengan cara yang sama dengan menggunakan
perlakuan akuntansi yang berbeda khususnya untuk penyusutan dan persediaan
dapat menyebabkan distorsi dalam hasil analisa ratio.
Rasio harus diinterpretasikan dengan
hati-hati karena faktor-faktor yang mempengaruhi pembilang dapat berkorelasi
dengan faktor yang mempengaruhi penyebut. Sebagai
contoh, perusahaan dapat memperbaiki rasio beban operasi terhadap penjualan
dengan mengurangi biaya yang menstimulasi penjualan. Pengurangan jenis biaya seperti ini, kemungkinan
berakibat pada penurunan penjualan atau pangsa pasar jangka panjang. Dengan
demikian, profitabilitas yang tampaknya membaik dalam jangka pendek, dapat
merusak prospek perusahaan di masa depan. Kita harus menginterpretasikan
perubahan tersebut dengan tepat. Banyak rasio memiliki variabel penting yang
sama dengan rasio lainnya. Dengan demikian, tidaklah perlu untuk menghitung
semua rasio yang mungkin untuk menganalisis sebuah situasi. Rasio, seperti
sebagian besar teknik analisis keuangan, tidak relevan dalam isolasi. Rasio
bermanfaat bila diinterpretasikan dalam perbandingan dengan 1) rasio tahun
sebelumnya, 2) standar yang ditentukan sebelumnya, 3) rasio pesaing. Pada
akhirnya, variabilitas rasio sepanjang waktu sama pentingnya dengan trennya.
Dengan menggunakan hasil analisis
rasio, dapat mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan (strngth dan
weakness) perusahaan pada masa lalu sebagai dasar penetapan strategi pada masa
datang. Artinya, tujuan analisis adalah untuk mengetahui posisi keuangan pada
masa lalu dan sekarang yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
tentang kebijakan masa datang.
2.4
Jenis-Jenis Analisa Ratio
Pada umumnya analisis terhadap rasio
merupakan langkah awal dalam analisis keuangan guna menilai prestasi dan
kondisi keuangan suatu perusahaan. Ukuran yang digunakan adalah rasio yang
menunjukkan hubungan antara dua data keuangan. Beberapa rasio keuangan dapat
dikelompokkan menjadi 5 macam, yaitu diantaranya:
1. Rasio Likuiditas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban financial jangka pendek. Rasio ini ditunjukkan pada
besar kecilnya aktiva lancar.
a. Current Ratio (ratio lancar), merupakan perbandingan antara aktiva
lancar dengan hutang lancar. Dimana kemampuan untuk membayar hutang yang segera
harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
b. Cash
ratio (ratio of immediate solvency), merupakan kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi
dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan.
c. Quick Ratio (ratio cepat), dihitung dengan mengurangkan persediaan
dari aktiva lancar, kemudian membagi sisanya dengan hutang lancar Dimana kemampuan
untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang
lebih likuid (quick assets).
2. Rasio aktivitas, mengukur seberapa efektif perusahaan
menggunakan sumber – sumber daya sebagaimana digariskan oleh kebijaksanaan
perusahaan menjadi penjualan atau kas. Rasio ini menyangkut perbandingan antara
penjualan dengan aktiva pendukung terjadinya penjualan artinya rasio ini
menganggap bahwa suatu perbandingan yang “layak” harus ada antara penjualan dan
berbagai aktiva misalnya : persediaan, piutang, aktiva tetap, dan lain-lain. Rasio produksi meliputi :
a. Account receivable ratio,
mengetahui jumlah waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang
selama satu tahun yang dapat dihitung dengan cara membagi penjualan kredit
dengan rata-rata piutang.
b. Inventaory ratio, menhitung kemampuan persediaan berputar selama
satu tahun yang diukur dengan menggunakan inventory turnover dan waktu
rata-rata persediaan tertahan di gudang. Semakin kecil angka, maka semakin baik
karena resiko yang semakin kecil.
c. Total asset turnover, kemampuan total aktiva untuk berputar
selama satu tahun untuk menghasilkan penjualan.
3. Rasio Leverage, menunjukkan penjaminan utang, baik dengan
menggunakan total aktiva maupun modal sendiri.
a.
Total
debt, mengukur presentase
penggunaan dana dari kreditur yang dihitung dengan cara membagi total hutang
dengan total aktiva. Dimana beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana
yang dibelanjai dengan utang atau berapa bagian dari aktiva yang digunakan
untuk menjamin utang.
b.
Debt
to equity ratio, merupakan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Secara sistematis dapat ditulis sebagai
perbandingan antara total utang dengan modal.
c.
Long term debt to equity ratio,
merupakan bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang.
Long term debt to equity ratio =
Utang jangka panjang
Modal sendiri
d.
Tangible assets debt coverage, merupakan besarnya aktiva tetap tangible
yang digunakan untuk menjamin utang jangka panjang setiap rupiahnya.
Tangible assets debt coverage = Jumlah
aktiva – Intangibles – utang lancar
Hutang jangka panjang
e.
Time
interest earned, dihitung
dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga. Rasio
ini mengukur seberapa jauh laba bisa berkurang tanpa menyulitkan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban membayar bunga tahunan. Dimana besarnya jaminan
keuntungan untuk membayar bunga utang jangka panjang.
4. Rasio profitabilitas, digunakan untuk mengukur seberapa efekif
pengelolaan perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan sebagai berikut:
- Gross profit margin, menunjukkan kemampuan penjualan dalam menghasilkan laba kotor.
- Net profit margin, kemampuan setiap rupiah penjualan untuk menghasilkan laba bersih (Earning After Tax, EAT)
- Return on total assets, menunjukkan kemampuan total aktiva menghasilkan laba sebelum dipotong bunga dan pajak (EBIT)
- Rate of return on investment, kemampuan aktiva rata-rata dalam menghasilkan laba setelah pajak.
- Return on equity, Kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa.
5. Rasio pasar, diterapkan untuk perusahaan yang telah go
public dan mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai terutama
pada pemegang saham dan calon investor. Rasio pasar mencerminkan penilaian pemgang saham dari segala aspek atas
kinerja masa lalu perusahaan dan harapan kinerja di masa yang akan datang.
- Earning per share, menunjukkan jumlah pendapatan bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
- Price earning ratio, rasio antara harga pasar saham dengan laba per lembar saham. Jika rasio ini lebih rendah dari pada rasio industri sejenis, bisa merupakan indikasi bahwa investasi pada saham perusahaan ini lebih beresiko daripada rata -rata industri. Rasio harga pasar pada umumnya digunakan untuk melihat saham perusahaan dan mengukur julah uang dimana investor bersedia membayar untuk setiap rupiah pendapatan perusahaan. Besarnya rasio harga pasar menunjukkan tingkat kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan di masa depan.
- Market to book value, perbandingan antara nilai pasar saham dengan nilai buku saham, juga merupakan indikasi bahwa para investor menghargai perusahaan. Ratio harga pasar per nilai buku menunjukkan bagaimana penilaian investor terhadap kinerja perusahaan. Ratio ini menghubungkan nilai pasar saham perusahaan terhadap nilai buku atau nilai akutansi. Untuk menghitungnya pertama harus dihitung nilai buku per lembar saham biasa.
Niali
buku per lembar saham biasa = Ekuitas saham biasa
Jumlah lembar
saham biasa yang beredar
Tabel 1.
Ratio keuangan untuk Perusahaan x
Ratio
Keuangan
|
Cara
Perhitungan
|
19x2
|
19x3
|
Ratio Liquiditas:
|
|
|
|
Curent ratio
|
Aktiva lancar
|
2,2
|
2,17
|
|
Utang lancar
|
|
|
Quick ratio
|
Kas+surat
berharga+piutang
|
1,3
|
1,26
|
|
Utang lancar
|
|
|
Cash ratio
|
Kas+surat
berharga+piutang
|
0,91
|
1,00
|
|
Utang lancar
|
|
|
|
|
|
|
Ratio Aktivitas
|
|
|
|
Account receivable turnover
|
Penjualan kredit bersih
|
8,16
|
4,57
|
|
Piutang rata-rata
|
|
|
Average collection periode
|
______365______
|
44,7 hari
|
79,9 hari
|
|
Perputaran piutang
|
|
|
Inventory turnover
|
Harga pokok penjualan
|
1,26
|
1,05
|
|
rata-rata persediaan
|
|
|
Average age of inventory
|
_________365_________
|
289,7 hari
|
3,47 hari
|
|
Perputaran persediaan
|
|
|
Operating cycle
|
Average collection periode+
|
334,4 hari
|
427,5 hari
|
|
Average age of inventory
|
|
|
Total asset turnover
|
__Penjualan bersih__
|
0,530
|
0,381
|
|
Total aktiva rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
Ratio Leverage
|
|
|
|
Debt ratio
|
Total utang
|
0,63
|
0,62
|
|
Total aktiva
|
|
|
Debt/ Equity ratio
|
__Total utang__
|
1,67
|
1,60
|
|
Modal sendiri
|
|
|
Time interest eamed
|
___EBIT___
|
11 kali
|
9 kali
|
|
Biaya bunga
|
|
|
|
|
|
|
Ratio Profitabilitas
|
|
|
|
Gross profit margin
|
__Laba kotor__
|
0,41
|
0,12
|
|
Penjualan bersih
|
|
|
Profit margin
|
________EAT______
|
0,12
|
0,12
|
|
Penjualan bersih
|
|
|
Return on total assets
|
________EAT______
|
0,0623
|
0,1200
|
|
Total aktiva rata-rata
|
|
|
Return on common equity
|
_______EAT_______
|
0,17
|
0,17
|
|
Modal sendiri
|
|
|
|
|
|
|
Nilai pasar
|
|
|
|
Eamings per share
|
EAT - Dividend Sh Preferen
|
Rp 2,67
|
Rp 2,13
|
|
Jumlah Sh biasa beredar
|
|
|
Price/Eamings ratio
|
Harga pasar per saham
|
8,24
|
9,39
|
|
Eamings per share
|
|
|
Book value per share
|
Modal sendiri - saham preferen
|
Rp 16,67
|
Rp 18,80
|
|
Jumlah Sh biasa beredar
|
|
|
Dividend yield
|
__Dividend per saham__
|
|
|
|
Harga pasar per saham
|
|
|
Dividend payout
|
__Dividend per saham__
|
|
|
|
Pendapatan per saham
|
|
|
|
|
|
|
Sumber:
Moeljadi, 2006
2.4 Intrepretasi
Analisa Ratio
Dari contoh analisa ratio pada tabel
1. untuk Perusahaan x, maka nilai ratio untuk tahun 19x3 tersebut dapat diintrepretasikan:
1. Rasio Likuiditas,
a. Current Ratio = 2,17 : berarti setiap Rp 1,00 utang lancar
dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 2,17
b. Cash
ratio = 1,26 : berarti
setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh kas, surat berharga dan piutang
sebesar Rp 1.26
c. Quick Ratio = 0,91 : berarti setiap Rp 1,00 utang lancar
dijamin Rp 0,91 uang kas.
Liquiditas
persediaan yang rendah dapat diakibatkan oleh 2 faktor yaitu:
a) terlalu banyak macam persediaan macam
persediaan yang tidak dapat dijual dengan mudah karena merupakan barang
setengan jadi, barang usang atau barang untuk kegunaan tertentu.
b) Jika barang tersebut dijual dengan kredit
maka akan menjadi piutang terlebih dahulu sebelum menjadi uang kas. Ratio cepat
merupakan alat ukur likuiditas yang lebih baik jika persediaan tidak mudah
diuangkan. Jika persediaan likuid maka rasio lancar merupakan ukuran likuiditas
yang lebih disukai.
Pada umumnya dari ke tiga alat ukur
likuiditas yang telah diterangkan diatas, jika
semakin tinggi nilainyan maka likuiditas perusahaan semakin baik. Kelebihan
likuiditas akan mengurangi resiko ketidakmampuan memenuhi kewajiban jangka
pendek yang telah jatuh tempo sehingga akan mengurangi laba. Jadi biaya untuk
meningkatkan likuiditas merupakan pertukaran antara laba dan likuiditas.
2.
Rasio
aktivitas:
a.
Account receivable ratio = 4,57 kali, artinya dana yang tertanam dalam piutang itu mampu berputar
sebanyak 4,57 kali dalam satu tahun. Averege Collection Periodenya adalah 80
hari, yang artinya dibutuhkan waktu rata-rata 80 hari untuk mengumpulkan mengumpulkan
piutang menjadi uang kas kembali. Semakin singkat, maka semakin baik sebab
semakin cepat tertagih.
b.
Inventaory ratio =
1,05 kali, artinya kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan untuk berputar
dalam tahun 19x3 itu adalah 1,05 kali. Sedangkan waktu rata-rata dari
persediaan tertahan di gudang dihitung menggunakan average of inventory, atau
sama dengan 347,6 hari. Semakin kecil angka, maka semakin baik karena resiko
yang semakin kecil.
Untuk mengetahui siklus operasi dalam bisnis
tertentu digunakan ukuran operating cycle yang menunjukkan jumlah hari
yang diperlukan untuk mengonversikan persediaan piutang hingga kembali menjadi
uang kas.
Operating
cycle = Averege Collection Periode + average
of inventory
c.
Total asset turnover = 0.381, artinya kemampuan dana yang tertanam dalam total aktiva
rata-rata hanya dapat berputar 0,381 kali dalam 1 tahun sehingga menghasilkan
penerimaan penjualan bersih. Dengan kata lain, setiap Rp 1,00 aktiva hanya
mampu menghasilkan penjualan sebesar Rp 0,381. Semakin kecil ratio tersebut,
maka semakin jelek.
.
3.
Rasio
Leverage.
a.
Total debt = 0,62 :
artinya 62% dari total aktiva itu dibiayai dengan menggunakan dana yang berasal
dari utang.
b.
Debt to equity ratio
= 1,60 : artinya bagian dari utang yang
dijamin oleh modal sendiri hanya sebesar 1/(1,6) = 0,625 stsu 62,5%. Jadi,
apabila perusahaan itu dilikuidasi, maka bagian utang yang dapat dijamin dengan
menggunakan modal sendiri hanya 62,5%.
c.
Long term debt to equity ratio = 0,95 artinya hanya 95% dari modal
sendiri yang akan digunakan untuk menjamin utang jangka panjang.
d.
Time interest earned
= 9 kali, artinya EBIT yang diperoleh itu 9 kali biaya bunga, atau dapat juga
diartikan bahwa setiap Rp 1,00 bunga dijamin oleh Rp 9,00 EBIT
4.
Rasio
profitabilitas
a. Gross profit margin = 0,38 artinya setiap penjualan Rp 1,00
akan menghasilkan laba kotor sebanyak Rp 0,38
b. Net profit margin = 0,12 artinya Rp 1,00 penjualan mampu
menghasilkan Rp 0,12 laba setelah pajak (EAT)
c. Return on total assets = 0,08 artinya Rp 1,00 total aktiva mampu menghasilkan Rp 0,08 laba sebelum
dipotong bunga dan pajak (EBIT)
d. Rate of return on investment = 0,0457 artinya setiap Rp 1,00 aktiva
rata-rat mempu menghasilkan laba setelah pajak sebesar Rp 0,0457
e. Return on equity = 0,123 artinya setiap Rp 1,00 modal sendiri mampu
menghasilkan Rp 0,123 untuk para pemegang saham.
5. Rasio pasar
- Earning per share =2,12
- Price earning ratio = 9,39 artinya semakin tinggi nilai ratio P/E ini maka semakin baik karena dapt menunjukkan tingginya tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan oleh para pemodal.
- Market to book value = 18,80
2.4
Analisa Ratio Keseluruhan
Dalam menganalisis analisa Rasio
Keseluruhan dapat menggunakan pendekatan ANALISA SISTEM DUPONT
Analisa sistem DuPont digunakan oleh
manager keuangan untuk membedah secara terstruktur laporan keuangan dan menilai
kondisi keuangan perusahaan (Ridwan, 2003). Sistem DuPont menggabungkan laporan
laba/rugi dan neraca dalam dua ringkasan
alat ukur yaitu Hasil Atas Aset atau HAA (Return on Total Aset) dan Hasil Atas
Equitas atau HAE (Return on Equity)
HAA = Margin Laba Bersih x Perputaran Total
Aktiva
|
|
Penjualan Total aktiva Total
aktiva
HAE = HAA x PTK (Pengganda Tingkat Keuangan)
|
|
Total aktiva Ekuitas Ekuitas
Analisa
sistem DuPont
DAFTAR PUSTAKA
Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan Pendekatan
Kuantitatif dan Kualitatif jilid 1. Bayumedia Publishing. Malang.
Munawir. 2000. Analisis Laporan Keuangan.Liberty.Jogjakarta,.
Ridwan, S. Sundjaja, Prof. Dr. Drs. MSBA, dkk.
2003. Manajemen Keuangan. Literata Lintas Media. Jakarta.
Sabari, Agus. 1995. Manajemen Keuangan. Unit
Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Yogyakarta.
Wild Jhon J., Subramanyam KR., Hasley Robert
F.(Yasivi S. Bachtiar, S. Nurwahyu Harahap). 2005. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 8. Salemba Empat. Jakarta.
.
No comments:
Post a Comment