ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRICE TO BOOK VALUE DAN IMPLIKASINYA PADA RETURN SAHAM
(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)
Wardjono
Wardjono@unisbank.ac.id
Abstarct
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh faktor
fundamental perusahaan terhadap price to book value dalam peneilaian saham di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2006 – 2008. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan
purposive sampling yaitu pengambilan
sampel dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Dari kriteria tersebut,
maka diperoleh sampel sebanyak 27 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan
yaitu analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian
membuktikan bahwa Return on Equity (ROE) dan Growth berpengaruh signifikan
terhadap Price to Book Value (PBV), sementara pengujian pada Dividen Payout
Ratio (DPR) dan Degree of Financial Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap Price To Book Value (PBV).
Penelitian ini juga membuktikan bahwa Price To Book Value (PBV) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap return saham return saham. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa profitabilitas dan tingkat pertumbuhan merupakan faktor yang
dipertimbangkan oleh investor. Sementara itu dividen yang digunakan sebagai
sinyal oleh investor tidak direspon positif oleh para nvestor. Penelitian ini
juga menunjukkan bahwa return saham perusahaan yang undervalued tidak lebih
baik daripada return saham perusahaan yang overvalued.
Kata kunci: Dividend Payout Ratio, Return On Equity, Growth, Degree
of Financial Leverage, Price to Book Value dan, Return Saham
Pendahuluan
Investasi adalah
komitmen sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini,
dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan
memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di
masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait
dengan investasi tersebut.(Tandelilin, 2001).
Di dalam pembuatan
keputusan investasi, investor harus memahami informasi yang berhubungan dengan
perusahaan yang menerbit-kan saham. Untuk itu investor perlu melakukan berbagai
analisis untuk menilai saham-saham yang akan dipilih serta untuk menentukan
strategi investasi.
Salah satu
informasi yang diperlukan oleh pemodal adalah informasi laporan keuangan atau
laporan keuangan tahunan. Paling sedikit satu kali dalam setahun perusahaan
publik berke-wajiban menerbitkan laporan keuangan tahunan kepada para pemodal
yang ada di bursa. Bagi pemodal, laporan keuangan tahunan merupakan sumber
berbagai macam informasi khususnya neraca dan laporan laba rugi perusahaan.
Oleh karena itu, publikasi laporan keuangan perusaha-an (emiten) merupakan
saat-saat yang ditunggu oleh para pemodal di pasar modal karena dari publikasi
laporan keuangan itu para pemodal dapat mengetahui perkembangan emiten yang
digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk membeli atau menjual
saham-saham yang dimiliki.
Dalam rangka
inilah penelitian dilakukan, walaupun disadari bahwa faktor-faktor funda-mental
sangat luas dan cakupannya tidak saja meliputi kondisi internal perusahaan (basic
financial dan economic facts), tetapi juga kondisi fundamental makro
yang berada di luar kendali perusahaan. Penelitian ini dibatasi hanya untuk menganalisis faktor-faktor fundamental peru-sahaan
dan aspek performance finansial.
Investor dapat
mempertimbangkan rasio pasar modal seperti rasio harga terhadap nilai bukunya (price
book value) yang selanjutnya disingkat PBV, untuk membedakan saham mana
yang harganya wajar, terlalu tinggi (overvalued), atau terlalu rendah (undervalued).
Strategi ini umumnya menghubungkan rasio price to book value dengan
nilai intrinsik saham yang diperkirakan berdasarkan model penilaian saham
(Hartono, 2000). Rosenberg et al. (1985) menemukan bahwa saham-saham
yang memiliki rasio PBV yang rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan
saham-saham yang me-miliki rasio PBV yang tinggi. Chan, Hamao, dan Lakonishok
(1991) menunjukkan bahwa dari empat variabel yang digunakan, book to market
ratio dan cash flow yield mempunyai pengaruh yang signifikan positif
dengan expected returns.
Penelitian lain di
Amerika seperti Capaul et al. (1993) dan Fama dan French (1992) menemukan
bahwa rasio PBV mempunyai hubungan yang signifikan dengan return saham. Penelitian Fama dan French (1995) juga menemukan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara size dan book to
market ratio dengan return saham.
Pontiff dan Schall
(1998) menemukan bahwa price to book value merupakan prediktor return saham yang lebih kuat
dibandingkan dengan interest rate spreads dan dividend yield.
Chan, Karceski, dan Lakonishok (1998) menemukan bahwa size, book to market
ratio, dan dividend yield merupakan variabel ter-penting dalam
menjelaskan return saham.
Penelitian yang
berkaitan dengan price to book value juga pernah dilakukan di Indonesia.
Penelitian-penelitian tersebut berusaha menemu-kan faktor-faktor yang
mempengaruhi PBV. Faktor-faktor tersebut antara lain risiko, ke-bijakan
dividen, return on equity, tingkat pertumbuhan, dan leverage.
Risiko sering
dihubungkan dengan return saham, karena motif yang mendasari investor
untuk melakukan investasi saham di pasar modal adalah untuk mendapatkan return
saham. Investor dalam menilai investasi terlebih menilai prestasi perusahaan,
dan prestasi perusahaan tersebut dapat dinilai dari kinerja keuangan perusahaan
tersebut.
Dividen payout
ratio (DPR) mencerminkan
kebijakan dividen yang diambil perusahaan dalam pembagian dividen. Jika
perusahaan mampu membayar dividen secara tunai meru-pakan sinyal yang baik bagi
investor, sedangkan bila perusahaan enggan membayar dividen, merupakan sinyal
negatif bagi investor karena perusahaan dianggap membutuhkan dana.
Return on
Equity (ROE) merupakan ke-mampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntangan dengan menggunakan modal sendiri. Rasio ROE tinggi ini
pula yang dijadikan dasar seorang investor atau calon investor untuk mena-namkan
pada perusahaan dikarenakan dengan ROE perusahaan yang tinggi ini menunjukkan
bahwa perusahaan mampu mengoptimalkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan
keuntu-ngan.
Tingkat
pertumbuhan (growth) suatu perusahaan juga merupakan salah satu faktor
fundamental yang dinilai oleh investor, karena jika pertumbuhan perusahaan
cepat mengindi-kasikan bahwa perusahaan telah mapan dalam kegiatan usahanya,
sehingga kinerja perusahaan juga bagus dalam mendapatkan return yang
diharapkan. Sementara itu Degree of Financial Leverage (DFL) merupakan
rasio yang diguna-kan untuk mengukur risiko perusahaan dalam pengambilan
hutang. Semakin besar rasio DFL, maka semakin besar pula risiko yang dihadapi
perusahaan.
Utama dan Santosa
(1998) menguji keterkaitan antara Rasio Price/Book Value dengan imbal
hasil saham. Hasil penelitian mereka menemukan bahwa dari empat variabel yang
diprediksi mempengaruhi PBV, yaitu prospek pertumbuhan, tingkat risiko, dan ROE
hanya variabel ROE yang terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap PBV.
Di samping itu mereka juga menemukan bahwa PBV mem-punyai hubungan yang negatif
dengan imbal hasil saham.
Wirawati (2008)
menguji variabel-variabel yang mempengaruhi price to book value (PBV), yang merupakan ukuran untuk menentukan
bagaimana pasar memberi nilai/harga pada saham perusahaan. Variabel-variabel
tersebut adalah return on equity (ROE), dividend pay out ratio
(DPR), tingkat pertumbuhan, dan tingkat leverage. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa
variabel ROE, DPR, dan tingkat pertumbuhan berpengaruh signfikan terhadap PBV.
Sementara itu,
hasil penelitian Kusumawati (2010) yang menguji pengaruh faktor funda-mental
yang terdiri dari current ratio, debt equity ratio, net profit margin,
ROE, total asset turnover, dan risiko sistematis terhadap PBV pada
perusahaan yang tergabung dalam LQ 45. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya variabel ROE yang berpengaruh
positif signifikan terhadap PBV.
Hasil penelitian
yang tidak konsisten tersebut memotivasi peneliti untuk melakukan pengujian
kembali pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap PBV dan keterkaitan PBV
dengan imbal hasil (return) saham.
Landasan Teori dan Hipotesis
Signaling
Theory
Signaling
Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusa-haan memberikan
singyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai
apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan
pemilik.Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa
perusa-haan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain.
Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal
dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan
informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi
konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini
mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu
pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate
Integritas informasi
laporan keuangan yang mencerminkan nilai perusahaan merupakan sinyal positif
yang dapat mempengaruhi opini investor dan kreditor atau pihak-pihak lain yang
berkepentingan.Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna
bagi investor dan kreditor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan
keputusan sejenis.Dalam signaling theory, pengeluaran investasi mem-berikan
sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang,
sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan.
Peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban di masa yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang
rendah, hal tersebut akan direspon secara positif oleh pasar (Brigham, 1999).
Signaling theory
menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk membe-rikan informasi
laporan keuangan pada pihak eksternal, karena terdapat asimetri informasi (Asymmetri Information) antara perusahaan
dan pihak luar. Perusahaan (agent)
mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang dari
pada pihak luar ( investor, kreditor
) .Kurangnya informasi pihak luar me-ngenai perusahaan menyebabkan mereka melin-dungi
diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan
dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengu-rangi asimetri informasi.
Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan
sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat
dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang
akan datang ( Wolk et al., 2000)
Analisis Fundamental
Analisis fundamental berkaitan
dengan penilaian kinerja perusahaan, tentang efektifitas dan efisiensi
perusahaan mencapai sasarannya. Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat
digunakan rasio keuangan yang terbagi dalam empat kelompok, yaitu rasio
likuiditas, aktivitas, hutang, dan profitabilitas (Munawir, 1999). Dengan
analisis tersebut, para analisis mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang
akan datang dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan
faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Umumnya faktor-faktor
fundamental yang diteliti adalah nilai intrinsik, nilai pasar, Return On
Total Assets (ROA), Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Book
Value (BV), Debt Equity Ratio (DER), Deviden Earning, Price to Book Value
(PBV), Deviden Payout Ratio (DPR), Deviden Yield, dan likuiditas saham.
Tujuan analisis fundamental
adalah menentukan apakah nilai saham berada pada posisi undervalue atau overvalue.
Saham dikatakan undervalue bilamana harga saham di pasar saham lebih kecil dari
harga wajar atau nilai yang seharusnya, demikian juga sebaliknya.
Price to Book Value
Price to Book Value (PBV) digunakan untuk mengukur kinerja harga
pasar saham terhadap nilai bukunya. PBV juga menunjukkan seberapa jauh
perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal
yang diinvestasikan.
Perusahaan yang berjalan dengan baik umumnya
mempunyai rasio PBV di atas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham
lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi
perusahaan dinilai oleh pemodal (investor) relatif dibandingkan dengan dana
yang telah ditanamkan di perusahaan (Utama dan Santosa, 1998).
Husnan (2001) mengatakan nilai pasar saham dan
nilai buku atau disebut dengan Price to Book Value dapat digunakan untuk
mengukur nilai perusahaan, semakin besar
rasio Price to Book Value maka semakin tinggi perusahaan dinilai
oleh para pemodal. Perusahaan yang telah berjalan dengan baik umumnya rasio ini
mencapai di atas satu yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari
nilai bukunya.
Return Saham
Tandelilin (2001) menyatakan bahwa tujuan investor
dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return,
tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return
merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga
merupakan imbalan atas keberanian investor menangung risiko atas investasi yang
dilakukannya.
Ang (1997) juga berpendapat bahwa return
atau kembalian adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu
investasi yang dilakukannya. Tanpa adanya keuntungan yang dinikmati dari suatu
investasi, tentunya pemodal tidak akan mau repot-repot untuk melakukan
investasi. Sehingga akan memberikan kejelasan pengertian, bahwa setiap
investasi baik jangka pendek maupun panjang mempunyai tujuan utama mendapatkan
keuntungan yang disebut return baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara umum dapat dihitung dengan perhitungan
sebagai berikut : (Tandelilin, 2001).
Rit = Pit - Pit - 1
Pit-1
Keterangan :
Rit = Return saham I pada waktu t
Pit = Harga saham I pada waktu t
Pit-1 = Harga saham I pada waktu t-1
Pengembangan Hipotesis
Hubungan Dividen Payout Ratio (DPR) dengan Price to Book Value (PBV)
Rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) menentukan
jumlah laba yang dibagikan dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan
sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkan persentase laba
perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa
dividen kas. Dengan demikian aspek penting kebijakan dividen adalah menentukan
laba sebagai dividen atau laba yang
ditahan perusahaan. Apabila laba yang ditahan dalam jumlah besar berarti laba
yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil, hal ini berarti
berita buruk bagi investor bahwa perusahaan tersebut dianggap membutuhkan dana.
Sebaliknya perusahaan yang mampu membayar dividen secara tunai (dividen kas) merupakan
berita positif bagi investor, karena perusahaan dianggap mempunyai kinerja
perusahaan yang bagus.
Penelitian Anugrah (2001), Susilowati (2003) dan Wirawati (2008)
menunjukkan bahwa dividen payout ratio berpengaruh positif signifikan
terhadap Price to Book Value (PBV) perusahaan. Hal ini mengindikasikan
bahwa perusahaan yang membayarkan dividen akan direspon baik oleh investor,
sehingga harga saham perusahaan dan pada akhirnya nilai PBV juga meningkat. Berdasarkan kajian teori dan hasil
penelitian tersebut, maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut :
H1 : Dividen payout ratio (DPR) berpengaruh
positif terhadap Price to Book Value.
Hubungan Return
On Equity (ROE) dengan Price to Book Value (PBV)
Rasio profitabilitas dalam hal ini adalah ROE, menggambarkan sejauh mana perusahaan
menghasilkan laba yang bisa diperoleh pe-megang saham. Rasio ini sangat
diperhatikan oleh para pemegang saham. Para
pemegang saham lebih memilih ROE yang tinggi, karena tingginya ROE mengindikasikan
keuntungan yang tinggi dibandingkan dengan besarnya investasi yang telah mereka
lakukan. Dengan kata lain semakin tinggi ROE menunjukkan penggunaan
modal sendiri yang dimiliki perusahaan semakin tinggi dapat menghasilkan laba
bersih setelah pajak, maka semakin banyak investor yang akan menginvestasikan
dananya, sehingga akan meningkatkan nilai PBV perusahaan.
Hasil penelitian Utama dan Santosa (1998) dan Bangun dan Wati (2007)
mendukung per-nyataan di atas, bahwa semakin tinggi ROE semakin tinggi nilai
perusahaan yang diukur dengan PBV. Hasil penelitian Wirawati (2008) dan
Kusumawati (2010) juga membuktikan bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap PBV. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan yang mampu menghasilkan keuntungan melalui
modal sendiri akan direspon positif oleh investor, sehingga harga saham
perusahaan dan pada akhir nilai PBV juga meningkat. Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian
tersebut, maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
H2 : Return
On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Price to Book Value.
Hubungan Growth dengan Price to Book Value (PBV)
Growth merupakan tingkat pertumbuhan
laba yang diukur dengan selisih antara jumlah laba dengan jumlah laba pada
tahun sebelumnya. Jadi semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusa-haan, semakin
besar kebutuhan akan dana untuk membiayai perluasan. Kebutuhan dana di masa
mendatang yang semakin besar tersebut me-nyebabkan harga saham perusahaan akan
me-ngalami penurunan, sehingga nilai PBV juga mengalami penurunan.
Penelitian Anugrah (2001), Susilowati (2003) dan Wirawati (2008)
menemukan bahwa growth berpengaruh negatif terhadap Price to Book
Value (PBV) perusahaan. Hal ini meng-indikasikan bahwa perusahaan yang
mengalami pertumbuhan akan direspon negatif oleh investor. Investor
berpandangan bahwa perusa-haan tumbuh identik dengan penahanan laba (retained
earning) sehingga harga saham perusahaan dan pada akhir nilai PBV juga
mengalami penurunan. Berdasarkan
kajian teori dan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis dirumuskan sebagai
berikut :
H3 : Tingkat pertumbuhan (Growth)
berpengaruh negatif terhadap Price to Book Value.
Hubungan Degree
of Financial Leverage (DFL) dengan
Price to Book Value (PBV)
Degree of Financial Leverage (DFL)
merupakan ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan
untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk para kreditor maupun
investor yang akan menanamkan modalnya pada perusahaan emiten yang
bersangkutan. Perusahaan yang memiliki rasio Degree of Financial Leverage
(DFL) tinggi, maka risiko yang ditanggung oleh perusahaan juga besar karena
harus membayar kewajiban dan bunga dari hutang yang dimilikinya. Para
investor akan melihat hal ini sebagai kelemahan perusahaan karena semakin besar
utang perusahaan, risiko terjadinya kebangkrutan juga akan semakin besar.
Kelemahan perusahaan ini akan direspon negatif oleh pasar sehingga akan
menurunkan harga pasar saham yang pada akhirnya
akan menurunkan nilai perusahaan (PBV).
Dengan demikian hipotesis yang diajukan ialah :
H4 : Degree
of Financial Leverage (DFL) berpengaruh negatif terhadap Price to Book
Value.
Hubungan Price
to Book Value (PBV) dengan Return
Saham
Laporan keuangan merupakan elemen-elemen yang dapat digunakan untuk
menilai kinerja perusahaan dalam satu periode tertentu. Belum dapat dikatakan
bermanfaat informasi dalam bentuk laporan keuangan, bila informasi tersebut
tidak dapat membantu dalam pembuatan keputusan bisnis. Untuk dapat membantu
pengguna dalam pembuatan keputusan bisnis, maka informasi akuntansi tersebut
perlu diproses lebih lanjut.
Salah satu bentuk pemprosesan informasi akuntansi adalah dalam
bentuk rasio keuangan. Menurut Houghton dan Woodlift (1987) dalam Anugrah
(2001), didasarkan pada asumsi informasi akuntansi dalam bentuk rasio keuangan
bermanfaat bagi investor. Informasi akuntansi keuangan dalam bentuk rasio
keuangan harus dapat membantu pengguna dalam proses pembuatan keputusan. Salah
satu rasio keuangan yang relevan dengan kebutuhan investor dalam pengambilan
keputusan investasi di pasar modal adalah rasio PBV. Rasio ini sangat berguna
untuk menentukan saham–saham apa saja yang mengalami undervalued, overvalued,
dan wajar.
Model penilaian saham berusaha menghubungkan antara rasio harga
saham terhadap nilai buku perusahaan dengan nilai intrinsik saham yang
diperkirakan. Dalam hal terjadi ketidak – konsistenan antara rasio tersebut
dengan nilai intrinsik saham, maka terdapat kemungkinan ketidakwajaran harga
saham yang terjadi dan peluang investor untuk memperoleh return tinggi. Dengan demikian perusahaan yang memiliki rasio PBV
tinggi menunjukkan bahwa sahamnya mengalami overvalued sehingga
mengakibatkan return saham perusahaan
mengalami peningkatan, karena dengan peningkatan PBV berarti peningkatan pula
harga saham di pasar modal.
Penelitian Anugrah (2001), Susilowati (2003) dan Wirawati (2008)
menghasilkan bahwa PBV berpengaruh negatif terhadap return saham. Penelitian Anugrah (2001), Susilowati (2003) dan
Wirawati (2008) juga menunjukkaan bahwa return
saham yang mengalami overvalued dan return
saham yang mengalami undervalued berbeda (lebih rendah) secara
signifikan.
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang saling
bertentangan tersebut, maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut :
H5 : Price
to Book Value berpengaruh negatif terhadap Return saham.
H6 : Return saham yang mengalami overvalued
berbeda secara signi-fikan dengan return
saham yang mengalami undervalued.
Metode Penelitian
Populasi dan
Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur
yang listed di BEI, periode penelitian 31 Desember 2006 sampai dengan 31
Desember 2008, perusahaan berjumlah 151 perusahaan.Penentuan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling yaitu memilih sampel
penelitian berdasarkan tujuan atau target tertentu (Indriantoro dan Supomo,
1999). Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan sampel adalah sebagai
berikut:
a. Perusahaan manufaktur yang mengeluarkan
laporan keuangan termasuk rasio-rasio keuangan selama tahun 2006 – 2008.
b. Perusahaan Manufaktur yang tidak memiliki
laba dan ekuitas negatif selama tahun 2006 – 2008.
c. Perusahaan yang membagikan dividen pada
tahun 2006 – 2008.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Dependen
Return saham
Merupakan pendapatan yang diperoleh oleh pemegang saham
sebagai hasil dari investasinya di suatu perusahaan. Return saham akan dihitung dengan menggunakan rumus:
Ri = Pit - Pit - 1
Pit-1
Ri :Return saham i
Pit :Harga saham penutupan i pada tahun ke t
Pit-1 :Harga saham penutupan i pada tahun t-1
Variabel
Independen
Dividend
Payout Ratio (DPR)
Yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen atau rasio
antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang
tersedia bagi pemegang saham. Perhitungan rasio DPR dinyatakan dengan formulasi
sebagai berikut:
DPR = Deviden Per saham
Laba Bersih per Saham
Return On
Equity (ROE)
Rasio ini mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik. Perhitungan ROE dinyatakan dalam formula
sebagai berikut:
ROE = Earning after Tax
Total Equitas
Tingkat Pertumbuhan
(Growth)
Merupakan laju pertumbuhan yang diperkirakan dengan melihat
rata-rata laju pertumbuhan ROE. Perhitungan growth dinyatakan dalam
formula sebagai berikut:
Growth = Lt - (Lt - 1)
Lt-1
Degree of
financial leverage (DFL)
Merupakan pengukuran risiko yang menggunakan financial leverage
yang timbul bila perusahaan menggunakan sumber dana yang memberikan beban
tetap. DFL dalam penelitian ini diukur dengan formula berikut ini:
DFL = % Penambahan EPS
%
Penambahan EBIT
Ket: % ∆ EPS =
EPSt – EPSt-1
EPSt-1
% ∆ EBIT = EBITt –
EBITt-1
EBITt-1
Teknik
Analisis Data
Hipotesis 1-4 (Model 1) dalam
penelitian ini diuji dengan menggunakan persamaan kuadrat terkecil (OLS). OLS
ini merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linier tidak bias
terbalik (Best, Linear, Unbias, Estimator) (Ghozali, 2005). Untuk itu
sebelum pengujian hipotesis, dilakukan pengujian normalitas dan asumsi klasik
yang terdiri dari multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
Pengujian hipotesis kelima (Model 2) menggunakan persamaan regresi
sederhana. Untuk menguji hipotesis keenam langkah pertama yang dilakukan
adalah menentukan saham yang undervalued dan overvalued diperoleh dengan memperbandingkan rasio PBV aktual dengan
rasio PBV prediksi yang diperoleh dari persamaan regresi berganda. Selanjutnya
dibentuk portofolio undervalued dan overvalued di mana portofolio undervalued terdiri atas 30 % saham yang
selisih PBV aktual dan PBV prediksi terendah, sedangkan portofolio overvalued terdiri atas 30 % saham yang
selisih PBV aktual dan PBV prediksi terbesar. Penentuan secara arbitrer
dilakukan karena tidak ada batasan tertentu yang digunakan untuk menentukan
saham mana yang masuk dalam portofolio undervalued
dan overvalued (Utama dan
Santosa,1998). Kemudian dari portofolio tersebut diuji apakah rata-rata return saham keduanya mempunyai
perbedaan yang signifikan. Untuk itu, perlu dilakukan uji t - test pada kedua
portofolio tersebut.
Hasil
Penelitian
Statistik Deskriptif
Sampel perusahaan manufaktur yang diperoleh sebanyak 27 perusahaan
dengan periode 3 tahun yaitu tahun 2006 – 2008, maka data yang digunakan
sebanyak 27 x 3 = 81 data. Statistik
deskriptif dari variabel penelitian ini disajikan pada tabel 1.
Statistik deskriptif sebagaimana
diringkas pada tabel 4.1 tersebut menunjukkan bahwa rata-rata Price to Book
Value (PBV) perusahaan sebesar 2,6660; dengan nilai terendah sebesar 0,32
dan nilai tertinggi sebesar 21,26; dengan standar deviasi sebesar 3,76607.
Rata-rata Dividend Payout Ratio (DPR) perusahaan sebesar 41,2243; dengan
nilai terendah sebesar 6,24 dan nilai tertinggi sebesar 299,89; dengan standar
deviasi sebesar 38,47575; Rata-rata Return On Equity (ROE) perusahaan
sebesar 20,5227; dengan nilai terendah sebesar 3,30 dan nilai tertinggi sebesar
77,64; dengan standar deviasi sebesar 15,99578; dan Rata-rata Growth
perusahaan sebesar 0,2890; dengan nilai terendah sebesar -0,84 dan nilai
tertinggi sebesar 6,15; dengan standar deviasi sebesar 1,09581, Rata-rata Degree of financial leverage (DFL)
perusahaan sebesar 11,0760; dengan nilai terendah sebesar -5,83 dan nilai
tertinggi sebesar 820,63; dengan standar deviasi sebesar 91,08184, sedangkan
rata-rata return saham adalah sebesar
0,0849, return saham terbesar mencapai 1,42, sedangkan return saham terendah mencapai -1,30 dengan standar deviasi sebesar
0,46960.
Pengujian
Normalitas dan
Asumsi Klasik
Model
I
Hasil pengujian
normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dapat dilihat pada tabel 2. Dari table tersebut
dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal, karena nilai Asymp sig sebesar 0,243 lebih besar dari 5%.
Hasil
perhitungan nilai variance iflation
factor (VIF) pada table 3 menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang
memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multkolonieritas antar variabel bebas dalam model regresi.
Nilai DW sebesar 1,740, nilai ini akan kita bandingkan
dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayan 5%, jumlah sampel 81
dengan jumlah variabel bebas 4, maka di tabel DW akan didapatkan nilai n = 81 , k = 4, dw = 1,740; dengan nilai dl = 1,411 dan
du = 1,603. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai dw lebih
besar dari du (1,603) dan lebih kecil dari 4-du (2,397), hal ini berarti bahwa dalam
penelitian ini tidak terjadi gejala auto-korelasi.
Dalam
penelitian ini uji heteroskedas-tisitas menggunakan uji Glejser. Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa semua
variabel bebas : dividen payout ratio
(DPR), Return on Equity (ROE), Growth dan Degree of Financial Leverage (DFL) memiliki nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05, sehingga dalam model regresi tidak terjadi adanya
heteroskedastisitas.
Pengujian
Normalitas
Model
II
Pengujian normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov. Hasil pengujian
pada tabel 6 menunjukkan bahwa Asymp. Sig. sebesar 0,950 lebih besar
dari 0,05 sehingga data tersebut berdistribusi normal, sehingga layak diajukan
untuk pengujian selanjutnya.
Hasil
Pengujian Hipotesis
Tabel 7 menunjukkan besarnya
nilai koefisien determinasi (R2)
adalah 0,394 atau 39,40%. Hal ini berarti
bahwa pengaruh yang diberikan oleh variabel dividen
payout ratio (DPR), Return on Equity (ROE),
Growth dan Degree of Financial Leverage
(DFL) terhadap Price to Book Value (PBV) adalah sebesar 39,40%. Sedangkan sisanya yaitu
sebesar 60,60% merupakan pengaruh
variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian.
Hasil pengujian hipotesis pada tabel 8 nilai
t hitung variabel dividen payout ratio (DPR) sebesar 0,298 < t tabel 1,664 dengan nilai signifikansi sebesar
0,767 > 0,05 yang berarti
bahwa dividen payout ratio (DPR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Price to
Book Value (PBV), sehingga
H1 ditolak. Nilai
t hitung pada variabel Return On Equity
(ROE) sebesar 4,959 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 <
0,05, berarti bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Price
to Book Value (PBV),
sehingga H2 diterima.
Pengujian hipotesis ketiga menunjukkan nilai t hitung variabel growth
sebesar 2,581 dengan nilai signifikansi sebesar 0,013 < 0,05 yang berarti bahwa growth berpengaruh
negative dan tidak signifikan terhadap Price to Book Value (PBV), sehingga H3 diterima. Sementara itu nilai t hitung variabel Degree of Finanacial Leverage (DFL)
sebesar 0,936 < t tabel 1,664 dengan nilai signifikansi sebesar 0,355 >
0,05 yang berarti bahwa Degree of Finanacial Leverage (DFL)
berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap Price to Book Value (PBV), sehingga H4 ditolak.
Besarnya nilai koefisien
determinasi (R2) pada model 2 adalah 0,057 atau
5,70%, hal ini mengandung arti bahwa pengaruh yang diberikan oleh variabel Price
to Book Value (PBV)
terhadap Return Saham adalah sebesar 5,70%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 94,30%
merupakan pengaruh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian. Berdasarkan hasil pengujian regresi yang
ditampilkan pada tabel 10 dapat diketahui bahwa Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif signifikan terhadap return
saham sehingga H5 diterima.
Hasil pengujian dengan independent sample
t-test sebagaimana terlihat pada tabel 11 menunjukkan bahwa rata-rata
return saham yang undervalued sebesar
-1,2985 dan rata-rata return saham overvalued
sebesar 1,1853. Hal ini berarti bahwa rata-rata return saham overvalued lebih besar dibandingkan
dengan rata-rata return saham undervalued.
Hasil uji t statistik (t-test)
menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hasil ini tidak sesuai
dengan yang dihipotesiskan bahwa return
saham yang overvalued lebih rendah daripada return saham yang undervalued sehingga H6 ditolak
Pembahasan
Hasil pengujian memberikan hasil bahwa Dividen Payout Ratio (DPR) berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap Price
to Book Value (PBV), sehingga Hipotesis pertama ditolak. Adanya pengaruh
poistif dan tidak signifikan antara DPR terhadap PBV ini di-sebabkan setiap peningkatan
DPR, tidak diikuti dengan peningkatan PBV.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dividen
sebagai sinyal tidak direspon positif oleh pasar. Hal ini bias disebabkan
karena kepemilikan saham pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia sebagian dimiliki oleh kelompok tertentu sehingga investor tidak
sensitive terhadap keputusan dividen
DPR yang diukur dengan perbandingan antara dividen per share dengan earning per share ini mencerminkan laba
perlembar saham perusahaan terhadap dividen per lembar saham yang akan
dibagikan pada pemegang saham. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan dividend interest theory yang
menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai
perusahaan (PBV) maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani
dan Miller (M-M) dalam Brigham (1983) yang menyatakan bahwa nilai suatu
perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya pembayaran dividen tetapi
ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan risiko bisnis. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan yang membayarkan dividen secara kontinyu tidak ber-dampak
pada naik turunnya PBV perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Anugrah (2001), Hamid dan Natsir (2001), Susilowati (2003),
dan Wirawati (2008) menyatakan bahwa DPR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Price to Book Value (PBV).
Hasil
pengujian memberikan hasil bahwa Return
On Equity (ROE) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Price to
Book Value (PBV), sehingga hipotesis kedua diterima. Adanya pengaruh
positif dan signifikan antara ROE terhadap PBV ini
membuktikan secara empiris jika ROE
meningkat (naik) maka PBV
juga akan mengalami peningkatan pula.
ROE yang diukur dengan menggunakan perbandingan antara
laba bersih dengan modal sendiri menunjukkan pengaruh positif dan signifikan
terhadap PBV, hal ini disebabkan perusahaan mampu memaksimalkan modal sendiri
dalam meningkatkan laba perusahaan. Perusahaan dengan laba tinggi memberikan
sinyal positif bagi investor yang akan berinvestasi, mereka beranggapan bahwa
perusahaan yang mampu menghasilkan laba tinggi, maka pengembalian invetasinya
juga tinggi, hal ini tercermin dari peningkatan nilai PBV perusahaan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Anugrah, Hamid dan Natsir (2001), Susilowati (2003), Supriyanto
dan Suwarti (2004), dan Wirawati (2008) menyatakan bahwa ROE berpengaruh
positif dan signifikan terhadap PBV.
Hasil
pengujian memberikan hasil bahwa growth
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Price
to Book Value (PBV), sehingga Hipotesis ketiga diterima. Adanya pengaruh
negatif dan signifikan antara growth
terhadap PBV ini
disebabkan setiap peningkatan growth,
maka diikuti dengan penurunan PBV. Hal ini disebabkan perusahaan dengan
pertumbuhan cepat menunjukkan perusahaan tersebut banyak membutuhkan pendanaan
untuk kegiatan investasinya tersebut, baik pendanaan internal maupun eksternal,
sehingga perusahaan akan direspon negatif oleh investor yang pada akhirnya
mempengaruhi jumlah penawaran saham di pasar modal dan pada akhirnya nilai PBV
juga menurun. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Susilowati (2003) dan Wirawati (2008) yang menyatakan bahwa perusahaan
yang sedang mengalami pertumbuhan, maka PBV perusahaan juga akan mengalami
penurunan di pasar modal.
Hasil
pengujian memberikan hasil bahwa degree of financial leverage (DFL)
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Price to Book Value (PBV), sehingga Hipotesis keempat ditolak.
Adanya pengaruh negatif dan tidak signifikan antara growth terhadap PBV ini disebabkan setiap peningkatan growth, maka tidak berpengaruh terhadap
naik turunnya PBV, namun secara statistic menunjukkan koefisien negatif, hal
ini berarti bahwa perusahaan yang memiliki rasio DFL tinggi menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut memiliki risiko yang cukup tinggi terhadap
hutang-hutangnya. Perusahaan yang memiliki risiko tinggi akan berdampak pada financial distress (risiko
kebangkrutan), sehingga memberikan respon negatif pada investor yang hendak
berinvestasi dan pada akhirnya nilai PBV perusahaan mengalami penurunan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wirawati (2008) yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki
rasio DFL tinggi, maka PBV perusahaan juga akan mengalami penurunan di pasar
modal, namun penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Anugrah (2001)
dan Susilowati (2003) yang menemukan hubungan positif antara risiko dengan PBV.
Hasil pengujian memberikan hasil bahwa Price to Book Value (PBV berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham, sehingga Hipotesis kelima diterima. Adanya pengaruh
positif dan signifikan antara PBV
terhadap return
saham ini disebabkan setiap
peningkatan PBV, maka diikuti dengan
peningkatan return saham. Dengan meningkatnya rasio PBV ini meng-indikasikan
bahwa nilai pasar saham lebih tinggi daripada nilai buku perusahaan, sehingga
semakin tinggi PBV perusahaan, berarti saham tersebut semakin banyak diminati
oleh investor, sehingga harga sekarang cenderung tinggi dari pada harga saham
pada saat membeli, ketika selisih harga penjualan dengan pembelian tinggi maka
akan menyebabkan return yang tinggi. Dengan demikian, semakin besar
rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh pemodal (investor) relatif
dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan. Hasil
penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Anugrah (2001),
Susilowati (2003) dan Wirawati yang menyatakan bahwa rasio pasar (PBV)
mempunyai pengaruh negatif return saham
perusahaan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa return saham yang overvalued berbeda secara signifikan dengan return saham yang under-valued.
Akan tetapi hasil ini tidak sesuai dengan yang dihipotesiskan yaitu return saham yang undervalued lebih besar daripada return saham yang overvalued sehingga hipotesis enam ditolak.
Hal ini mengindikasikan bahwa
saham-saham perusahaan yang mengalami overvalued
mengalami kenaikan harga saham pada periode berikutnya, sedangkan saham-saham
yang mengalami undervalued mengalami penurunan harga saham pada periode
berikutnya sehingga rata-rata return sahamnya negatif. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian Wirawati yang tidak menemukan perbedaan antara
return saham overvalued dengan return
saham undervalued.
Simpulan, Keterbatasan, dan Implikasinya
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
empat factor fundamental, yaitu Retun On Equity (ROE), Deviden
Pay Out Ratio (DPR), Tingkat Pertumbuhan (Growth), dan Degree of Financial Leveage (DFL) terhadap Nilai Perusahaan (PBV) serta menguji pengaruh PBV terhadap Return Saham. Di samping itu penelitian
ini juga menguji apakah saham-saham
perusahaan yang mengalami undervalued memilki return
yang lebih tinggi daripada saham-saham
perusahaan yang mengalami overvalued.
Hasil pengujian hipotesis pertama menyimpulkan
bahwa Dividend Payout Ratio (DPR)
tidak berpengaruh terhadap Price to Book Value (PBV). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
dividen sebagai sinyal tidak direspon positif oleh pasar. Hal ini bias
disebabkan karena kepemilikan saham pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia sebagian dimiliki oleh kelompok tertentu sehingga
investor tidak sensitive ter-hadap keputusandividen
Return On Equity (ROE) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Price to Book Value (PBV). Perusahaan dengan laba tinggi memberikan sinyal
positif bagi investor yang akan berinvestasi, mereka beranggapan bahwa
perusahaan yang mampu menghasilkan laba tinggi, maka pengembalian invetasinya
juga tinggi, hal dari peningkatan nilai PBV perusaha-an.
Growth ini tercermin berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Price to Book Value (PBV). Hal ini disebabkan perusahaan dengan pertumbuhan
cepat menunjukkan perusahaan tersebut banyak membutuhkan pendanaan untuk
kegiatan investasinya tersebut, baik pendanaan internal maupun eksternal,
sehingga perusahaan akan direspon negatif oleh investor yang pada akhirnya
mempengaruhi jumlah penawaran saham di pasar modal dan pada akhirnya nilai PBV
juga menurun.
Pengaruh negatif Degree Of Financial Leverage (DFL) terhadap Price to Book Value (PBV) menunjukkan bahwa meskipun perusahaan yang
memiliki rasio DFL tinggi memiliki risiko yang cukup tinggi terhadap
hutang-hutangnya, namun hal ini belum menjadi factor penting yang
dipertimbangkan oleh investor.
Price to Book Value
(PBV) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini mengindikasikan semakin
banyak diminati oleh investor, sehingga harga sekarang cenderung tinggi
daripada harga saham pada saat membeli, ketika selisih harga penjualan dengan
pembelian tinggi maka akan menyebabkan return yang tinggi. semakin banyak
diminati oleh investor, sehingga harga sekarang cenderung tinggi daripada harga
saham pada saat membeli, ketika selisih harga penjualan dengan pembelian tinggi
maka akan menyebabkan return yang tinggi. semakin banyak diminati oleh
investor, sehingga harga sekarang cenderung tinggi daripada harga saham pada
saat membeli, ketika selisih harga penjualan dengan pembelian tinggi maka akan
menyebabkan return yang tinggi.
Sementara hasil pengujian hipotesis keenam menunjukkan hasil yang berlawanan
dengan yang dihipotesiskan. Hal ini menunjukkan bahwa saham-saham perusahaan
yang mengalami overvalued mengalami
kenaikan harga saham pada periode berikutnya, sedangkan saham-saham yang
mengalami undervalued mengalami penurunan harga saham pada periode
berikutnya sehingga rata-rata return
sahamnya negatif.
Penelitian ini
mengambil sampel kecil yaitu difokuskan pada perusahaan manufaktur sehingga
tidak bisa digeneralisasi untuk seluruh perusahaan-perusahaan yang ada di
Indonesia. Dalam penelitian ini periode pengamatan relatif pendek yaitu tiga
tahun darin tahun 2006 sampai dengan 2008, sehingga sampel yang diteliti sangat
kecil. Peneliti selanjutnya dapat mem-perpanjang periode pengamatan, agar
diperoleh hasil penelitian yang lebih konsisten.
Variabel yang
digunakan hanya meliputi faktor dividen payout ratio (DPR), Return on Equity
(ROE), Growth dan Degree
Of Financial Leverage (DFL)
diduga ada faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap Price to Book Value (PBV), seperti struktur kepemilikan, ukuran
perusahaan, likuiditas, dan sebagainya. Bagi Peneliti lain, perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan variabel laporan keuangan
yang lengkap serta memasukkan faktor-faktor eksternal sebagai variabel peneliti-an,
misalnya tingkat inflasi, keadaan politik dan lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Ang, Robert, 1997, Pasar Modal Indonesia.
Jakarta, Mediasoft Indonesia.
Anugrah, Nurul,
Habbe, Abdul Hamid, dan Kadir, Natsir, 2001, Korelasi antara Price
earning Ratio (PER) dengan Return saham pada Perusahaan Go Public di BEJ,
SNA, Bandung.
Brigham, Eugene F
and Houstonn, Joel F, 1999, Manajemen Keuangan, Edisi Bahasa
Indonesia, Jakarta : Erlangga.
Brigham, Eugene F
and Houstonn, Joel F, 2001, Manajemen Keuangan, Edisi Tujuh,
Erlangga.
Ghozali, Imam,
2005, Aplikasi Analisis Multivariate
dengan Program SPSS, Edisi II Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Hanafi. M, Mamduh
dan Halim, Abdul, 2000, Analisis Laporan Keuangan, UPP AMP
YKPN,Yogyakarta.
Husnan, Suad, 2001,
Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi
ketiga, Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar
Akuntansi keuangan. Jakarta, Salemba Empat.
Indriantoro, Nur
dan Supomo, Bambang, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi
I, Yogyakarta : BPFE
Jogiyanto,
Hartono, M, 2003, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta
: BPFE.
Munawir, 1999, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Empat,
Liberty, Yogyakarta.
Nurainun Bangun & Sintawati, 2007, Analisis Pengaruh
Profitabilitas Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Perdagangan,
Jasa Dan Investasi Yang Terdaftar Di BEJ, Jurnal Akuntansi Tahun IX Hal
107 – 120
PT. BEJ, Indonesian Capital
Market Directory 2008.
Purnomo, Y,
1998, Keterkaitan Kinerja dan Harga Saham, Usahwan No. 12 Th XVII
(Desember) hal. 33 – 38.
Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan,
Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta.
Smith Jr, C, W dan R. L. Watts, 1992, The
Invesment Opportunity Set and Corpoate Financing, Dividend, and Compensatio
Policies, Journal of Financial
Economics. Vol. 13, p. 187-221.
Sudarsi, Sri, 2002, Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Rasio pada Industri Manufaktur
yang Listed di BEJ, Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol. 9, No 1 maret STIE
Stikubank Semarang.
Suharli, Michell. 2006.
Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan pada Perusahaan Go Public di
Indonesia. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi 8.
Solo.
Supranto, J., 1992,
Statistik : Teori dan plikasi, Jakarta : Erlangga.
Susilowati, Yeye, 2003, Pengaruh
Price Earning Ratio (PER) terhadap Faktor Fundamental Perusahaan (Dividend
Payout Ratio, Earning per Share dan Risiko) Pada Perusahaan Publik di Bursa
Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol 10, No. 1 Maret, hal 51 –
56.
Suwarti, Titiek dan Soepriyanto,
2004, Pengaruh Struktur Kepemilikkan, Ebit/Total Assets, Total
Hutang/Total Assets, Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Di Bursa Efek
Jakarta, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 9.
Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.
Edisi Pertama, Yogyakarta, BPFE.
Utama, Siddharta
dan Anton Yulianto Budi Santosa, 1998. “Kaitan antara Rasio Price/Book
Value dan Imbal Hasil Saham pada Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia Vol. 1, No. 1 (Januari 1998) hal 127 – 140.
Widoadmodjo, Sawidji, 1996, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal,
PT Jurnalindo Aksara Grafika, Jakarta
Wirawati, Putu Gusto Ni, 2008, Pengaruh Faktor fundamental Perusahaan
terhadap Price to Book Value dalam Penilaian Saham di Bursa Efek Jakarta dalam
Kondisi Krisis Moneter, Buletin Studi Ekonomi.Vol.13 No.1
Wolk, harry I.,Michael G. Tearney, dan James L Dodd. 2000.Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach. South-Western College
Publishing.
No comments:
Post a Comment