Thursday 9 April 2015

Pengaruh Price to Book value (PBV) Terhadap Return Saham



ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRICE TO BOOK VALUE DAN IMPLIKASINYA PADA RETURN SAHAM
 (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)


Wardjono
Wardjono@unisbank.ac.id


Abstarct

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap price to book value  dalam peneilaian saham di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 – 2008. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling yaitu  pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Dari kriteria tersebut, maka diperoleh sampel sebanyak 27 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linear berganda.
 Hasil penelitian membuktikan bahwa Return on Equity (ROE) dan Growth berpengaruh signifikan terhadap Price to Book Value (PBV), sementara pengujian pada Dividen Payout Ratio (DPR) dan Degree of Financial Leverage tidak berpengaruh signifikan  terhadap Price To Book Value (PBV). Penelitian ini juga membuktikan bahwa Price To Book Value (PBV) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham return saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas dan tingkat pertumbuhan merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh investor. Sementara itu dividen yang digunakan sebagai sinyal oleh investor tidak direspon positif oleh para nvestor. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa return saham perusahaan yang undervalued tidak lebih baik daripada return saham perusahaan yang overvalued.

 Kata kunci: Dividend Payout Ratio, Return On Equity, Growth, Degree of Financial Leverage, Price to Book Value dan, Return Saham



 
  

Pendahuluan

Investasi adalah komitmen sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut.(Tandelilin, 2001).

Di dalam pembuatan keputusan investasi, investor harus memahami informasi yang berhubungan dengan perusahaan yang menerbit-kan saham. Untuk itu investor perlu melakukan berbagai analisis untuk menilai saham-saham yang akan dipilih serta untuk menentukan strategi investasi.


Salah satu informasi yang diperlukan oleh pemodal adalah informasi laporan keuangan atau laporan keuangan tahunan. Paling sedikit satu kali dalam setahun perusahaan publik berke-wajiban menerbitkan laporan keuangan tahunan kepada para pemodal yang ada di bursa. Bagi pemodal, laporan keuangan tahunan merupakan sumber berbagai macam informasi khususnya neraca dan laporan laba rugi perusahaan. Oleh karena itu, publikasi laporan keuangan perusaha-an (emiten) merupakan saat-saat yang ditunggu oleh para pemodal di pasar modal karena dari publikasi laporan keuangan itu para pemodal dapat mengetahui perkembangan emiten yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk membeli atau menjual saham-saham yang dimiliki.
Dalam rangka inilah penelitian dilakukan, walaupun disadari bahwa faktor-faktor funda-mental sangat luas dan cakupannya tidak saja meliputi kondisi internal perusahaan (basic financial dan economic facts), tetapi juga kondisi fundamental makro yang berada di luar kendali perusahaan. Penelitian ini dibatasi hanya untuk  menganalisis faktor-faktor fundamental peru-sahaan dan aspek performance finansial.

Investor dapat mempertimbangkan rasio pasar modal seperti rasio harga terhadap nilai bukunya (price book value) yang selanjutnya disingkat PBV, untuk membedakan saham mana yang harganya wajar, terlalu tinggi (overvalued), atau terlalu rendah (undervalued). Strategi ini umumnya menghubungkan rasio price to book value dengan nilai intrinsik saham yang diperkirakan berdasarkan model penilaian saham (Hartono, 2000). Rosenberg et al. (1985) menemukan bahwa saham-saham yang memiliki rasio PBV yang rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan saham-saham yang me-miliki rasio PBV yang tinggi. Chan, Hamao, dan Lakonishok (1991) menunjukkan bahwa dari empat variabel yang digunakan, book to market ratio dan cash flow yield mempunyai pengaruh yang signifikan positif dengan expected returns.

Penelitian lain di Amerika seperti Capaul et al. (1993) dan Fama dan French (1992) menemukan bahwa rasio PBV mempunyai hubungan yang signifikan dengan return saham. Penelitian Fama dan French (1995) juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara size dan book to market ratio dengan return saham.

Pontiff dan Schall (1998) menemukan bahwa price to book value merupakan prediktor return saham yang lebih kuat dibandingkan dengan interest rate spreads dan dividend yield. Chan, Karceski, dan Lakonishok (1998) menemukan bahwa size, book to market ratio, dan dividend yield merupakan variabel ter-penting dalam menjelaskan return saham.

Penelitian yang berkaitan dengan price to book value juga pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian-penelitian tersebut berusaha menemu-kan faktor-faktor yang mempengaruhi PBV. Faktor-faktor tersebut antara lain risiko, ke-bijakan dividen, return on equity, tingkat pertumbuhan, dan leverage.
Risiko sering dihubungkan dengan return saham, karena motif yang mendasari investor untuk melakukan investasi saham di pasar modal adalah untuk mendapatkan return saham. Investor dalam menilai investasi terlebih menilai prestasi perusahaan, dan prestasi perusahaan tersebut dapat dinilai dari kinerja keuangan perusahaan tersebut.

Dividen payout ratio (DPR) mencerminkan kebijakan dividen yang diambil perusahaan dalam pembagian dividen. Jika perusahaan mampu membayar dividen secara tunai meru-pakan sinyal yang baik bagi investor, sedangkan bila perusahaan enggan membayar dividen, merupakan sinyal negatif bagi investor karena perusahaan dianggap membutuhkan dana.

Return on Equity (ROE) merupakan ke-mampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntangan dengan menggunakan modal sendiri. Rasio ROE tinggi ini pula yang dijadikan dasar seorang investor atau calon investor untuk mena-namkan pada perusahaan dikarenakan dengan ROE perusahaan yang tinggi ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengoptimalkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntu-ngan.

Tingkat pertumbuhan (growth) suatu perusahaan juga merupakan salah satu faktor fundamental yang dinilai oleh investor, karena jika pertumbuhan perusahaan cepat mengindi-kasikan bahwa perusahaan telah mapan dalam kegiatan usahanya, sehingga kinerja perusahaan juga bagus dalam mendapatkan return yang diharapkan. Sementara itu Degree of Financial Leverage (DFL) merupakan rasio yang diguna-kan untuk mengukur risiko perusahaan dalam pengambilan hutang. Semakin besar rasio DFL, maka semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan.

Utama dan Santosa (1998) menguji keterkaitan antara Rasio Price/Book Value dengan imbal hasil saham. Hasil penelitian mereka menemukan bahwa dari empat variabel yang diprediksi mempengaruhi PBV, yaitu prospek pertumbuhan, tingkat risiko, dan ROE hanya variabel ROE yang terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap PBV. Di samping itu mereka juga menemukan bahwa PBV mem-punyai hubungan yang negatif dengan imbal hasil saham.

Wirawati (2008) menguji variabel-variabel yang mempengaruhi price to  book value (PBV),  yang merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai/harga pada saham perusahaan. Variabel-variabel tersebut adalah return on equity (ROE), dividend pay out ratio (DPR), tingkat pertumbuhan, dan tingkat leverage.  Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa variabel ROE, DPR, dan tingkat pertumbuhan berpengaruh signfikan terhadap PBV.

Sementara itu, hasil penelitian Kusumawati (2010) yang menguji pengaruh faktor funda-mental yang terdiri dari current ratio, debt equity ratio, net profit margin, ROE, total asset turnover, dan risiko sistematis terhadap PBV pada perusahaan yang tergabung dalam LQ 45. Hasilnya menunjukkan  bahwa hanya variabel ROE yang berpengaruh positif signifikan terhadap PBV.

Hasil penelitian yang tidak konsisten tersebut memotivasi peneliti untuk melakukan pengujian kembali pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap PBV dan keterkaitan PBV dengan imbal hasil (return) saham.

Landasan Teori dan Hipotesis

Signaling Theory

               Signaling  Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusa-haan memberikan singyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusa-haan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain.

               Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate


               Integritas informasi laporan keuangan yang mencerminkan nilai perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat mempengaruhi opini investor dan kreditor atau pihak-pihak lain yang berkepentingan.Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis.Dalam signaling theory, pengeluaran investasi mem-berikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan. Peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban di masa yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon secara positif oleh pasar (Brigham, 1999).


               Signaling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk membe-rikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal, karena terdapat asimetri informasi (Asymmetri Information) antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan (agent) mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang dari pada pihak luar ( investor, kreditor ) .Kurangnya informasi pihak luar me-ngenai perusahaan menyebabkan mereka melin-dungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengu-rangi asimetri informasi. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang ( Wolk et al., 2000)

Analisis Fundamental

Analisis fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan, tentang efektifitas dan efisiensi perusahaan mencapai sasarannya. Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio keuangan yang terbagi dalam empat kelompok, yaitu rasio likuiditas, aktivitas, hutang, dan profitabilitas (Munawir, 1999). Dengan analisis tersebut, para analisis mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

Umumnya faktor-faktor fundamental yang diteliti adalah nilai intrinsik, nilai pasar, Return On Total Assets (ROA), Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Book Value (BV), Debt Equity Ratio (DER), Deviden Earning, Price to Book Value (PBV), Deviden Payout Ratio (DPR), Deviden Yield, dan likuiditas saham.

Tujuan analisis fundamental adalah menentukan apakah nilai saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan undervalue bilamana harga saham di pasar saham lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya, demikian juga sebaliknya.

Price to Book Value

Price to Book Value (PBV) digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. PBV juga menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan.

Perusahaan yang berjalan dengan baik umumnya mempunyai rasio PBV di atas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh pemodal (investor) relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan (Utama dan Santosa, 1998).
Husnan (2001) mengatakan nilai pasar saham dan nilai buku atau disebut dengan Price to Book Value dapat digunakan untuk mengukur nilai perusahaan, semakin besar  rasio Price to Book Value maka semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal. Perusahaan yang telah berjalan dengan baik umumnya rasio ini mencapai di atas satu yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya.

Return Saham

            Tandelilin (2001) menyatakan bahwa tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menangung risiko atas investasi yang dilakukannya.

            Ang (1997) juga berpendapat bahwa return atau kembalian adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Tanpa adanya keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya pemodal tidak akan mau repot-repot untuk melakukan investasi. Sehingga akan memberikan kejelasan pengertian, bahwa setiap investasi baik jangka pendek maupun panjang mempunyai tujuan utama mendapatkan keuntungan yang disebut return baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara umum dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut : (Tandelilin, 2001).

 Rit   =   Pit - Pit - 1
                     Pit-1
                 



Keterangan :
Rit        =     Return saham I pada waktu t
Pit   =   Harga saham I pada waktu t
Pit-1 =   Harga saham I pada waktu t-1


Pengembangan Hipotesis
Hubungan Dividen Payout Ratio (DPR) dengan Price to Book Value (PBV)
Rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) menentukan jumlah laba yang dibagikan dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Dengan demikian aspek penting kebijakan dividen adalah menentukan laba sebagai dividen atau  laba yang ditahan perusahaan. Apabila laba yang ditahan dalam jumlah besar berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil, hal ini berarti berita buruk bagi investor bahwa perusahaan tersebut dianggap membutuhkan dana. Sebaliknya perusahaan yang mampu membayar dividen secara tunai (dividen kas) merupakan berita positif bagi investor, karena perusahaan dianggap mempunyai kinerja perusahaan yang bagus.

Penelitian Anugrah (2001), Susilowati (2003) dan Wirawati (2008) menunjukkan bahwa dividen payout ratio berpengaruh positif signifikan terhadap Price to Book Value (PBV) perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang membayarkan dividen akan direspon baik oleh investor, sehingga harga saham perusahaan dan pada akhirnya nilai PBV juga meningkat. Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

H1 :  Dividen payout ratio (DPR) berpengaruh positif terhadap Price to Book Value.

Hubungan Return On Equity (ROE) dengan Price to Book Value (PBV)

Rasio profitabilitas dalam hal ini adalah ROE,  menggambarkan sejauh mana perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pe-megang saham. Rasio ini sangat diperhatikan oleh para pemegang saham. Para pemegang saham lebih memilih ROE yang tinggi, karena tingginya ROE mengindikasikan keuntungan yang tinggi dibandingkan dengan besarnya investasi yang telah mereka lakukan. Dengan kata lain semakin tinggi ROE menunjukkan penggunaan modal sendiri yang dimiliki perusahaan semakin tinggi dapat menghasilkan laba bersih setelah pajak, maka semakin banyak investor yang akan menginvestasikan dananya, sehingga akan meningkatkan nilai PBV perusahaan.

Hasil penelitian Utama dan Santosa (1998) dan Bangun dan Wati (2007) mendukung per-nyataan di atas, bahwa semakin tinggi ROE semakin tinggi nilai perusahaan yang diukur dengan PBV. Hasil penelitian Wirawati (2008) dan Kusumawati (2010) juga membuktikan bahwa Return On Equity (ROE)  berpengaruh positif terhadap PBV. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang mampu menghasilkan keuntungan melalui modal sendiri akan direspon positif oleh investor, sehingga harga saham perusahaan dan pada akhir nilai PBV juga meningkat. Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut:

H2 : Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Price to Book Value.

Hubungan Growth dengan Price to Book Value (PBV)

Growth merupakan tingkat pertumbuhan laba yang diukur dengan selisih antara jumlah laba dengan jumlah laba pada tahun sebelumnya. Jadi semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusa-haan, semakin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai perluasan. Kebutuhan dana di masa mendatang yang semakin besar tersebut me-nyebabkan harga saham perusahaan akan me-ngalami penurunan, sehingga nilai PBV juga mengalami penurunan.

Penelitian Anugrah (2001), Susilowati (2003) dan Wirawati (2008) menemukan bahwa growth berpengaruh negatif terhadap Price to Book Value (PBV) perusahaan. Hal ini meng-indikasikan bahwa perusahaan yang mengalami pertumbuhan akan direspon negatif oleh investor. Investor berpandangan bahwa perusa-haan tumbuh identik dengan penahanan laba (retained earning) sehingga harga saham perusahaan dan pada akhir nilai PBV juga mengalami penurunan. Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

H3 :  Tingkat pertumbuhan (Growth) berpengaruh negatif terhadap Price to Book Value.

Hubungan Degree of Financial Leverage (DFL)  dengan Price to Book Value (PBV)

Degree of Financial Leverage (DFL) merupakan ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk para kreditor maupun investor yang akan menanamkan modalnya pada perusahaan emiten yang bersangkutan. Perusahaan yang memiliki rasio Degree of Financial Leverage (DFL) tinggi, maka risiko yang ditanggung oleh perusahaan juga besar karena harus membayar kewajiban dan bunga dari hutang yang dimilikinya.  Para investor akan melihat hal ini sebagai kelemahan perusahaan karena semakin besar utang perusahaan, risiko terjadinya kebangkrutan juga akan semakin besar. Kelemahan perusahaan ini akan direspon negatif oleh pasar sehingga akan menurunkan harga pasar saham yang pada akhirnya  akan menurunkan nilai perusahaan (PBV).  Dengan demikian hipotesis yang diajukan ialah :

H4    : Degree of Financial Leverage (DFL) berpengaruh negatif terhadap Price to Book Value.

Hubungan Price to Book Value (PBV) dengan Return Saham

Laporan keuangan merupakan elemen-elemen yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dalam satu periode tertentu. Belum dapat dikatakan bermanfaat informasi dalam bentuk laporan keuangan, bila informasi tersebut tidak dapat membantu dalam pembuatan keputusan bisnis. Untuk dapat membantu pengguna dalam pembuatan keputusan bisnis, maka informasi akuntansi tersebut perlu diproses lebih lanjut.
Salah satu bentuk pemprosesan informasi akuntansi adalah dalam bentuk rasio keuangan. Menurut Houghton dan Woodlift (1987) dalam Anugrah (2001), didasarkan pada asumsi informasi akuntansi dalam bentuk rasio keuangan bermanfaat bagi investor. Informasi akuntansi keuangan dalam bentuk rasio keuangan harus dapat membantu pengguna dalam proses pembuatan keputusan. Salah satu rasio keuangan yang relevan dengan kebutuhan investor dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal adalah rasio PBV. Rasio ini sangat berguna untuk menentukan saham–saham apa saja yang mengalami undervalued, overvalued, dan wajar.

Model penilaian saham berusaha menghubungkan antara rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan dengan nilai intrinsik saham yang diperkirakan. Dalam hal terjadi ketidak – konsistenan antara rasio tersebut dengan nilai intrinsik saham, maka terdapat kemungkinan ketidakwajaran harga saham yang terjadi dan peluang investor untuk memperoleh return tinggi. Dengan demikian perusahaan yang memiliki rasio PBV tinggi menunjukkan bahwa sahamnya mengalami overvalued sehingga mengakibatkan return saham perusahaan mengalami peningkatan, karena dengan peningkatan PBV berarti peningkatan pula harga saham di pasar modal.

Penelitian Anugrah (2001), Susilowati (2003) dan Wirawati (2008) menghasilkan bahwa PBV berpengaruh negatif terhadap return saham. Penelitian Anugrah (2001), Susilowati (2003) dan Wirawati (2008) juga menunjukkaan bahwa return saham yang mengalami overvalued dan return saham yang mengalami undervalued berbeda (lebih rendah) secara signifikan.

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang saling bertentangan tersebut, maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

H5 : Price to Book Value berpengaruh negatif terhadap Return saham.
H6    : Return saham yang mengalami overvalued berbeda secara signi-fikan dengan return saham yang mengalami undervalued.

Metode Penelitian

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang listed di BEI, periode penelitian 31 Desember 2006 sampai dengan 31 Desember 2008, perusahaan berjumlah 151 perusahaan.Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling yaitu memilih sampel penelitian berdasarkan tujuan atau target tertentu (Indriantoro dan Supomo, 1999). Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan sampel adalah sebagai berikut:

a.       Perusahaan manufaktur yang mengeluarkan laporan keuangan termasuk rasio-rasio keuangan selama tahun 2006 – 2008.
b.      Perusahaan Manufaktur yang tidak memiliki laba dan ekuitas negatif selama tahun 2006 – 2008.
c.       Perusahaan yang membagikan dividen pada tahun 2006 – 2008.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Dependen

Return saham


Merupakan pendapatan yang diperoleh oleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya di suatu perusahaan. Return saham akan dihitung dengan menggunakan rumus:

Ri =     Pit - Pit - 1
                               Pit-1                   

Ri          :Return saham i
Pit          :Harga saham penutupan i pada tahun ke t
Pit-1          :Harga saham penutupan i pada tahun t-1


Variabel Independen

Dividend Payout Ratio (DPR)

Yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham. Perhitungan rasio DPR dinyatakan dengan formulasi sebagai berikut:

DPR = Deviden Per saham
            Laba Bersih per Saham
     

Return On Equity (ROE)

Rasio ini mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik. Perhitungan ROE dinyatakan dalam formula sebagai berikut:

                        ROE = Earning after Tax
                                       Total Equitas

Tingkat Pertumbuhan (Growth)

Merupakan laju pertumbuhan yang diperkirakan dengan melihat rata-rata laju pertumbuhan ROE. Perhitungan growth dinyatakan dalam formula sebagai berikut:

Growth = Lt - (Lt - 1)
                     Lt-1


Degree of financial leverage (DFL)

Merupakan pengukuran risiko yang menggunakan financial leverage yang timbul bila perusahaan menggunakan sumber dana yang memberikan beban tetap. DFL dalam penelitian ini diukur dengan formula berikut ini:

DFL    =  % Penambahan EPS
                %  Penambahan EBIT


Ket:     % ∆ EPS =  EPSt – EPSt-1
                                     EPSt-1

            % ∆ EBIT = EBITt – EBITt-1
                                        EBITt-1
Teknik Analisis Data

Hipotesis 1-4  (Model 1) dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan persamaan kuadrat terkecil (OLS). OLS ini merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linier tidak bias terbalik (Best, Linear, Unbias, Estimator) (Ghozali, 2005). Untuk itu sebelum pengujian hipotesis, dilakukan pengujian normalitas dan asumsi klasik yang terdiri dari multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.

Pengujian hipotesis kelima (Model 2) menggunakan persamaan regresi sederhana. Untuk menguji hipotesis keenam langkah pertama yang dilakukan adalah  menentukan saham yang undervalued dan overvalued diperoleh dengan memperbandingkan rasio PBV aktual dengan rasio PBV prediksi yang diperoleh dari persamaan regresi berganda. Selanjutnya dibentuk portofolio undervalued dan overvalued di mana portofolio undervalued terdiri atas 30 % saham yang selisih PBV aktual dan PBV prediksi terendah, sedangkan portofolio overvalued terdiri atas 30 % saham yang selisih PBV aktual dan PBV prediksi terbesar. Penentuan secara arbitrer dilakukan karena tidak ada batasan tertentu yang digunakan untuk menentukan saham mana yang masuk dalam portofolio undervalued dan overvalued (Utama dan Santosa,1998). Kemudian dari portofolio tersebut diuji apakah rata-rata return saham keduanya mempunyai perbedaan yang signifikan. Untuk itu, perlu dilakukan uji t - test pada kedua portofolio tersebut.


Hasil Penelitian

Statistik Deskriptif
Sampel perusahaan manufaktur yang diperoleh sebanyak 27 perusahaan dengan periode 3 tahun yaitu tahun 2006 – 2008, maka data yang digunakan sebanyak 27 x  3 = 81 data. Statistik deskriptif dari variabel penelitian ini disajikan pada tabel 1.

Statistik deskriptif sebagaimana diringkas pada tabel 4.1 tersebut menunjukkan bahwa rata-rata Price to Book Value (PBV) perusahaan sebesar 2,6660; dengan nilai terendah sebesar 0,32 dan nilai tertinggi sebesar 21,26; dengan standar deviasi sebesar 3,76607. Rata-rata Dividend Payout Ratio (DPR) perusahaan sebesar 41,2243; dengan nilai terendah sebesar 6,24 dan nilai tertinggi sebesar 299,89; dengan standar deviasi sebesar 38,47575; Rata-rata Return On Equity (ROE) perusahaan sebesar 20,5227; dengan nilai terendah sebesar 3,30 dan nilai tertinggi sebesar 77,64; dengan standar deviasi sebesar 15,99578; dan Rata-rata Growth perusahaan sebesar 0,2890; dengan nilai terendah sebesar -0,84 dan nilai tertinggi sebesar 6,15; dengan standar deviasi sebesar 1,09581, Rata-rata Degree of financial leverage (DFL) perusahaan sebesar 11,0760; dengan nilai terendah sebesar -5,83 dan nilai tertinggi sebesar 820,63; dengan standar deviasi sebesar 91,08184, sedangkan rata-rata return saham adalah sebesar 0,0849, return saham terbesar mencapai 1,42, sedangkan return saham terendah mencapai -1,30 dengan standar deviasi sebesar 0,46960.

Pengujian Normalitas dan Asumsi Klasik

Model I

            Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dapat dilihat pada tabel 2. Dari table tersebut dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal, karena nilai Asymp sig  sebesar 0,243 lebih besar dari 5%.

Hasil perhitungan nilai variance iflation factor (VIF) pada table 3 menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multkolonieritas antar variabel bebas dalam model regresi.

Nilai DW sebesar 1,740, nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayan 5%, jumlah sampel 81 dengan jumlah variabel bebas 4, maka di tabel DW akan didapatkan nilai n = 81 , k = 4, dw = 1,740; dengan nilai dl = 1,411 dan du = 1,603. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai dw lebih besar dari du (1,603) dan lebih kecil dari 4-du (2,397), hal ini berarti bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi gejala auto-korelasi.

Dalam penelitian ini uji heteroskedas-tisitas menggunakan uji Glejser. Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa semua variabel bebas : dividen payout ratio (DPR), Return on Equity (ROE), Growth dan Degree of Financial Leverage (DFL) memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga dalam model regresi tidak terjadi adanya heteroskedastisitas.

Pengujian Normalitas

Model II

            Pengujian normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov. Hasil pengujian pada tabel 6 menunjukkan bahwa Asymp. Sig. sebesar 0,950 lebih besar dari 0,05 sehingga data tersebut berdistribusi normal, sehingga layak diajukan untuk pengujian selanjutnya.

Hasil Pengujian Hipotesis
Tabel 7 menunjukkan besarnya  nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,394 atau 39,40%.  Hal ini berarti bahwa pengaruh yang diberikan oleh variabel dividen payout ratio (DPR), Return on Equity (ROE), Growth dan Degree of Financial Leverage (DFL) terhadap Price to Book Value (PBV) adalah sebesar 39,40%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar  60,60% merupakan pengaruh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian.

Hasil pengujian hipotesis pada tabel 8  nilai t hitung variabel dividen payout ratio (DPR) sebesar 0,298 < t  tabel 1,664 dengan nilai signifikansi sebesar 0,767 > 0,05  yang berarti bahwa dividen payout ratio (DPR) berpengaruh positif  dan tidak signifikan terhadap Price to Book Value (PBV), sehingga H1 ditolak. Nilai t hitung pada variabel Return On Equity (ROE) sebesar 4,959  dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05,  berarti bahwa Return On Equity (ROE)  berpengaruh positif  dan signifikan terhadap Price to Book Value (PBV), sehingga H2 diterima. Pengujian hipotesis ketiga menunjukkan nilai t hitung variabel growth sebesar 2,581 dengan nilai signifikansi sebesar 0,013 < 0,05  yang berarti bahwa growth berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap Price to Book Value (PBV), sehingga H3 diterima. Sementara itu nilai t hitung variabel Degree of Finanacial Leverage (DFL) sebesar 0,936 < t tabel 1,664 dengan nilai signifikansi sebesar 0,355 > 0,05  yang berarti bahwa Degree of Finanacial Leverage (DFL) berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap Price to Book Value (PBV), sehingga H4 ditolak.

Besarnya nilai koefisien determinasi (R2) pada model 2 adalah  0,057 atau 5,70%, hal ini mengandung arti bahwa pengaruh yang diberikan oleh variabel Price to Book Value (PBV) terhadap Return Saham adalah sebesar 5,70%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 94,30% merupakan pengaruh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian. Berdasarkan hasil pengujian regresi yang ditampilkan pada tabel 10 dapat diketahui bahwa Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham sehingga H5 diterima.

Hasil pengujian dengan independent sample t-test sebagaimana terlihat pada tabel 11 menunjukkan bahwa rata-rata return saham yang undervalued sebesar -1,2985 dan rata-rata return saham overvalued sebesar 1,1853. Hal ini berarti bahwa rata-rata return saham overvalued lebih besar dibandingkan dengan rata-rata return saham undervalued. Hasil  uji t statistik (t-test) menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hasil ini tidak sesuai dengan yang dihipotesiskan bahwa return saham yang overvalued lebih rendah daripada return saham yang undervalued sehingga H6 ditolak

Pembahasan

Hasil pengujian memberikan hasil bahwa Dividen Payout Ratio (DPR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Price to Book Value (PBV), sehingga Hipotesis pertama ditolak. Adanya pengaruh poistif  dan tidak signifikan antara DPR terhadap PBV  ini di-sebabkan setiap peningkatan DPR, tidak diikuti dengan peningkatan PBV.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dividen sebagai sinyal tidak direspon positif oleh pasar. Hal ini bias disebabkan karena kepemilikan saham pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagian dimiliki oleh kelompok tertentu sehingga investor tidak sensitive terhadap keputusan dividen

DPR yang diukur dengan perbandingan antara dividen per share dengan earning per share ini mencerminkan laba perlembar saham perusahaan terhadap dividen per lembar saham yang akan dibagikan pada pemegang saham. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan dividend interest theory yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan (PBV) maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller (M-M) dalam Brigham (1983) yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya pembayaran dividen tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan risiko bisnis. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang membayarkan dividen secara kontinyu tidak ber-dampak pada naik turunnya  PBV perusahaan.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugrah (2001), Hamid dan Natsir (2001), Susilowati (2003), dan Wirawati (2008) menyatakan bahwa DPR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Price to Book Value (PBV).

Hasil pengujian memberikan hasil bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh positif  dan signifikan terhadap Price to Book Value (PBV), sehingga hipotesis kedua diterima. Adanya pengaruh positif dan signifikan antara ROE terhadap PBV ini membuktikan secara empiris jika ROE meningkat (naik) maka PBV juga akan mengalami peningkatan pula.

ROE yang diukur dengan menggunakan perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, hal ini disebabkan perusahaan mampu memaksimalkan modal sendiri dalam meningkatkan laba perusahaan. Perusahaan dengan laba tinggi memberikan sinyal positif bagi investor yang akan berinvestasi, mereka beranggapan bahwa perusahaan yang mampu menghasilkan laba tinggi, maka pengembalian invetasinya juga tinggi, hal ini tercermin dari peningkatan nilai PBV perusahaan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugrah, Hamid dan Natsir (2001), Susilowati (2003), Supriyanto dan Suwarti (2004), dan Wirawati (2008) menyatakan bahwa ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap PBV.

Hasil pengujian memberikan hasil bahwa growth berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Price to Book Value (PBV), sehingga Hipotesis ketiga diterima. Adanya pengaruh negatif dan signifikan antara growth terhadap PBV  ini disebabkan setiap peningkatan growth, maka diikuti dengan penurunan PBV. Hal ini disebabkan perusahaan dengan pertumbuhan cepat menunjukkan perusahaan tersebut banyak membutuhkan pendanaan untuk kegiatan investasinya tersebut, baik pendanaan internal maupun eksternal, sehingga perusahaan akan direspon negatif oleh investor yang pada akhirnya mempengaruhi jumlah penawaran saham di pasar modal dan pada akhirnya nilai PBV juga menurun. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2003) dan Wirawati (2008) yang menyatakan bahwa perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan, maka PBV perusahaan juga akan mengalami penurunan di pasar modal.

Hasil pengujian memberikan hasil bahwa degree of financial leverage (DFL) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Price to Book Value (PBV), sehingga Hipotesis keempat ditolak. Adanya pengaruh negatif dan tidak signifikan antara growth terhadap PBV  ini disebabkan setiap peningkatan growth, maka tidak berpengaruh terhadap naik turunnya PBV, namun secara statistic menunjukkan koefisien negatif, hal ini berarti bahwa perusahaan yang memiliki rasio DFL tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang cukup tinggi terhadap hutang-hutangnya. Perusahaan yang memiliki risiko tinggi akan berdampak pada financial distress (risiko kebangkrutan), sehingga memberikan respon negatif pada investor yang hendak berinvestasi dan pada akhirnya nilai PBV perusahaan mengalami penurunan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirawati (2008) yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki rasio DFL tinggi, maka PBV perusahaan juga akan mengalami penurunan di pasar modal, namun penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Anugrah (2001) dan Susilowati (2003) yang menemukan hubungan positif antara risiko dengan PBV.

Hasil pengujian memberikan hasil bahwa Price to Book Value (PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, sehingga Hipotesis kelima diterima. Adanya pengaruh positif dan signifikan antara PBV terhadap return saham ini disebabkan setiap peningkatan PBV, maka diikuti dengan peningkatan return saham. Dengan meningkatnya rasio PBV ini meng-indikasikan bahwa nilai pasar saham lebih tinggi daripada nilai buku perusahaan, sehingga semakin tinggi PBV perusahaan, berarti saham tersebut semakin banyak diminati oleh investor, sehingga harga sekarang cenderung tinggi dari pada harga saham pada saat membeli, ketika selisih harga penjualan dengan pembelian tinggi maka akan menyebabkan return yang tinggi. Dengan demikian, semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh pemodal (investor) relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan.  Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Anugrah (2001), Susilowati (2003) dan Wirawati yang menyatakan bahwa rasio pasar (PBV) mempunyai pengaruh negatif return saham perusahaan.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa return saham yang overvalued berbeda secara signifikan dengan return saham yang under-valued. Akan tetapi hasil ini tidak sesuai dengan yang dihipotesiskan yaitu return saham yang undervalued lebih besar daripada return saham yang overvalued sehingga hipotesis enam ditolak.  

Hal ini mengindikasikan bahwa saham-saham perusahaan yang mengalami overvalued mengalami kenaikan harga saham pada periode berikutnya, sedangkan saham-saham yang mengalami undervalued mengalami penurunan harga saham pada periode berikutnya sehingga rata-rata return sahamnya negatif. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Wirawati yang tidak menemukan perbedaan antara return saham overvalued dengan return saham undervalued.
Simpulan, Keterbatasan, dan Implikasinya

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh empat factor fundamental, yaitu Retun On Equity (ROE), Deviden Pay Out Ratio (DPR), Tingkat Pertumbuhan (Growth), dan Degree of Financial Leveage (DFL) terhadap Nilai Perusahaan (PBV) serta menguji pengaruh PBV terhadap Return Saham. Di samping itu penelitian ini juga menguji apakah saham-saham  perusahaan yang mengalami undervalued memilki return yang lebih tinggi daripada saham-saham  perusahaan yang mengalami overvalued.

Hasil pengujian hipotesis pertama menyimpulkan bahwa Dividend Payout Ratio (DPR) tidak berpengaruh terhadap Price to Book Value (PBV). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dividen sebagai sinyal tidak direspon positif oleh pasar. Hal ini bias disebabkan karena kepemilikan saham pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagian dimiliki oleh kelompok tertentu sehingga investor tidak sensitive ter-hadap keputusandividen

Return On Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Price to Book Value (PBV). Perusahaan dengan laba tinggi memberikan sinyal positif bagi investor yang akan berinvestasi, mereka beranggapan bahwa perusahaan yang mampu menghasilkan laba tinggi, maka pengembalian invetasinya juga tinggi, hal dari peningkatan nilai PBV perusaha-an.

Growth ini tercermin berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Price to Book Value (PBV). Hal ini disebabkan perusahaan dengan pertumbuhan cepat menunjukkan perusahaan tersebut banyak membutuhkan pendanaan untuk kegiatan investasinya tersebut, baik pendanaan internal maupun eksternal, sehingga perusahaan akan direspon negatif oleh investor yang pada akhirnya mempengaruhi jumlah penawaran saham di pasar modal dan pada akhirnya nilai PBV juga menurun.

Pengaruh negatif Degree Of Financial Leverage (DFL) terhadap Price to Book Value (PBV) menunjukkan bahwa meskipun perusahaan yang memiliki rasio DFL tinggi memiliki risiko yang cukup tinggi terhadap hutang-hutangnya, namun hal ini belum menjadi factor penting yang dipertimbangkan oleh investor.

Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini mengindikasikan semakin banyak diminati oleh investor, sehingga harga sekarang cenderung tinggi daripada harga saham pada saat membeli, ketika selisih harga penjualan dengan pembelian tinggi maka akan menyebabkan return yang tinggi. semakin banyak diminati oleh investor, sehingga harga sekarang cenderung tinggi daripada harga saham pada saat membeli, ketika selisih harga penjualan dengan pembelian tinggi maka akan menyebabkan return yang tinggi. semakin banyak diminati oleh investor, sehingga harga sekarang cenderung tinggi daripada harga saham pada saat membeli, ketika selisih harga penjualan dengan pembelian tinggi maka akan menyebabkan return yang tinggi.

Sementara hasil pengujian hipotesis keenam  menunjukkan hasil yang berlawanan dengan yang dihipotesiskan. Hal ini menunjukkan bahwa saham-saham perusahaan yang mengalami overvalued mengalami kenaikan harga saham pada periode berikutnya, sedangkan saham-saham yang mengalami undervalued mengalami penurunan harga saham pada periode berikutnya sehingga rata-rata return sahamnya negatif.

Penelitian ini mengambil sampel kecil yaitu difokuskan pada perusahaan manufaktur sehingga tidak bisa digeneralisasi untuk seluruh perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Dalam penelitian ini periode pengamatan relatif pendek yaitu tiga tahun darin tahun 2006 sampai dengan 2008, sehingga sampel yang diteliti sangat kecil. Peneliti selanjutnya dapat mem-perpanjang periode pengamatan, agar diperoleh hasil penelitian yang lebih konsisten.

Variabel yang digunakan hanya meliputi faktor dividen payout ratio (DPR), Return on Equity (ROE), Growth dan Degree Of Financial Leverage (DFL) diduga ada faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap Price to Book Value (PBV), seperti struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, likuiditas, dan sebagainya. Bagi Peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan variabel laporan keuangan yang lengkap serta memasukkan faktor-faktor eksternal sebagai variabel peneliti-an, misalnya tingkat inflasi, keadaan politik dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert, 1997,  Pasar Modal Indonesia. Jakarta, Mediasoft Indonesia.

Anugrah, Nurul, Habbe, Abdul Hamid, dan Kadir, Natsir, 2001, Korelasi antara Price earning Ratio (PER) dengan Return saham pada Perusahaan Go Public di BEJ, SNA, Bandung.

Brigham, Eugene F and Houstonn, Joel F, 1999, Manajemen Keuangan, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta : Erlangga.

Brigham, Eugene F and Houstonn, Joel F, 2001, Manajemen Keuangan, Edisi Tujuh, Erlangga.

Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate   dengan Program SPSS, Edisi II Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanafi. M, Mamduh dan Halim, Abdul, 2000, Analisis Laporan Keuangan, UPP AMP YKPN,Yogyakarta.

Husnan, Suad, 2001, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi ketiga, Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Akuntansi keuangan. Jakarta, Salemba Empat.

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi I, Yogyakarta : BPFE

­Jogiyanto, Hartono, M, 2003, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta : BPFE. 

Munawir, 1999, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Empat, Liberty, Yogyakarta.

Nurainun Bangun & Sintawati, 2007, Analisis Pengaruh Profitabilitas Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Perdagangan, Jasa Dan Investasi Yang Terdaftar Di BEJ, Jurnal Akuntansi Tahun IX Hal 107 – 120

PT. BEJ, Indonesian Capital Market Directory 2008.

Purnomo, Y, 1998, Keterkaitan Kinerja dan Harga Saham, Usahwan No. 12 Th XVII (Desember) hal. 33 – 38.

Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta.

Smith Jr, C, W dan R. L. Watts, 1992, The Invesment Opportunity Set and Corpoate Financing, Dividend, and Compensatio Policies,  Journal of Financial Economics. Vol. 13, p. 187-221.

Sudarsi, Sri, 2002, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Rasio pada Industri Manufaktur yang Listed di BEJ, Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol. 9, No 1 maret STIE Stikubank Semarang.

Suharli, Michell. 2006. Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo.

Supranto, J., 1992, Statistik : Teori dan plikasi, Jakarta : Erlangga.

Susilowati, Yeye, 2003, Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Faktor Fundamental Perusahaan (Dividend Payout Ratio, Earning per Share dan Risiko) Pada Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol 10, No. 1 Maret, hal 51 – 56.

Suwarti, Titiek dan Soepriyanto, 2004, Pengaruh Struktur Kepemilikkan, Ebit/Total Assets, Total Hutang/Total Assets, Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 9.


Tandelilin, Eduardus, 2001,  Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama, Yogyakarta, BPFE.

Utama, Siddharta dan Anton Yulianto Budi Santosa, 1998. “Kaitan antara Rasio Price/Book Value dan Imbal Hasil Saham pada Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 1, No. 1 (Januari 1998) hal 127 – 140.

Widoadmodjo, Sawidji, 1996, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, PT Jurnalindo Aksara Grafika, Jakarta

Wirawati, Putu Gusto Ni, 2008, Pengaruh Faktor fundamental Perusahaan terhadap Price to Book Value dalam Penilaian Saham di Bursa Efek Jakarta dalam Kondisi Krisis Moneter, Buletin Studi Ekonomi.Vol.13 No.1

Wolk, harry I.,Michael G. Tearney, dan James L Dodd. 2000.Accounting Theory:                  A Conceptual and Institutional Approach. South-Western College Publishing.

No comments:

Post a Comment