ALEXANDER
ANGGONO
Konsultan
ZAKI
BARIDWAN
Universitas Gajah
Mada Yogyakarta
Abstract
This study provides an
empirical examination of value relevance of earnings, book value and dividend
to explain firm’s market value and examine several conditions, which influence
the value relevance. This study uses 59
firms from manufacture industry, as sample, and covered period from 1995-2000.
Result of examination shows
existence of difference value relevance of earnings, book value and dividend.
Examination of firms that have negative earnings and positive book value shows
that book value dominate relative to earnings and dividend. While examination of dominance of value
relevance of dividend in firms, which have negative earnings, result shows that
earnings are most dominant in value relevance.
Next examination tries to show whether accruals quality and firms size
influence value relevance of earnings, book value and dividend, and the result
indicates convincing evidence that accrual quality and firms size influence
value relevance of earnings, book value and dividend.
Keywords: value relevance, earnings,
dividend, book value, accruals quality, firms size
1.PENDAHULUAN
Berbagai model penilaian
ekuitas dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok besar, yaitu: pertama,
pengujian model EBO (Edward-Bell-Ohlson) dengan mengekspresikan nilai
perusahaan sebagai fungsi laba dan nilai buku, seperti penelitian Rees (1997)
yang menemukan bahwa investor di Inggris lebih menekankan pada laba daripada
nilai buku bila dibandingkan dengan investor Kanada, hal ini mungkin disebabkan
kualitas laba yang lebih tinggi di Inggris.
Kelompok kedua, memperluas model EBO dengan memasukkan variabel dividen
dan pengeluaran modal dalam penilaian ekuitas.
Kelompok ketiga adalah model yang didasarkan pada konsep nilai ekonomis
(serupa dengan model residual atau laba abnormal). Keempat, merupakan model pengujian yang
menggunakan berbagai pendekatan penilaian, seperti Damodaran (1996) yang
menggunakan empat variabel dasar, yaitu dividend
payout, pertumbuhan laba, beta dan profit margin. Kelima, mengevaluasi logaritma yang
digunakan pengadilan pada beberapa kasus hukum dalam menentukan nilai
perusahaan (Abukari et. al., 2000).
Pengujian mengenai daya
penjelas (explanatory power) dari
berbagai variabel dilakukan oleh Francis dan Schipper (1999) yang meneliti
mengenai: pertama, kemampuan laba untuk menjelaskan market-adjusted returns yang disebut dengan “earning relation”; kedua, menguji kemampuan aset dan kewajiban untuk menjelaskan nilai pasar ekuitas atau
yang disebut “balance sheet relation”;
dan ketiga, menguji kemampuan nilai buku dan laba untuk menjelaskan nilai pasar
ekuitas atau disebut “book value &
earning relation”. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa daya penjelas (explanatory power) laba untuk return
secara signifikan menurun sepanjang waktu, dan sebaliknya pengujian daya
penjelas nilai buku aset dan kewajiban (baik secara terpisah atau
dikombinasikan dengan laba) untuk nilai pasar ekuitas tidak terdapat bukti
terjadinya penurunan (Francis dan Schipper, 1999).
Pada beberapa penelitian umumnya mengasumsikan
bentuk linear yang nilai ekuitasnya merupakan fungsi penjumlahan dari laba dan
nilai buku, sebaliknya pada model Burgstahler dan Dichev (1997)
mengimplikasikan bahwa nilai ekuitas merupakan fungsi konveks non-penjumlahan
dari laba diharapkan dan nilai buku, yang peran laba dan nilai buku tergantung pada
nilai relatifnya. Pada saat perusahaan memiliki laba relatif lebih rendah dari
nilai buku, maka nilai buku lebih relevan.
Sedangkan saat laba lebih tinggi daripada nilai buku, maka laba lebih
relevan untuk penilaian (Burgstahler dan Dichev, 1997). Menurut Abukari (2000),
investor di Inggris (UK) lebih memberikan tekanan pada laba dan tidak terlalu
menekankan pada nilai buku, bila dibandingkan dengan investor Kanada, dan ini
mengindikasikan kualitas laba yang lebih tinggi pada perusahaan di Inggris. Sedangkan pada perusahaan di Amerika, Abukari
menyatakan bahwa relevansi nilai book
value lebih tinggi daripada laba, khususnya pada sektor transportasi dan real estate, namun tidak terlalu penting
pada sektor industrial products dan
komunikasi/media.
Penelitian lainnya menggunakan dividen untuk
menggantikan laba dalam regresi harga terhadap nilai buku dan laba. Hal ini didasarkan pada dua argumen,
yaitu: pertama, dividen memiliki
“kandungan informasi” dalam arti bahwa dividen memberikan informasi mengenai
laba permanen perusahaan, karena itu dividen dipandang sebagai surogasi untuk
laba permanen. Kedua, model penilaian
akuntansi dapat diperoleh dari nilai buku dan dividen, sehingga pentingnya
“konteks” dalam penilaian relevansi nilai, apakah nilai buku, laba atau dividen
yang merupakan pemberi sinyal yang penting dalam penilaian tergantung pada
karakteristik perusahaan secara keseluruhan dan kinerjanya (Brief dan Zarowin,
1999).
Penelitian ini mencoba untuk
melakukan pengujian kembali terhadap penelitian yang dilakukan oleh Brief dan
Zarowin (1999) yang membandingkan relevansi nilai dividen dan nilai buku,
dengan laba dan nilai buku, dan mencoba untuk mengungkap pengaruh beberapa
kondisi yang mungkin berpengaruh pada relevansi nilai tersebut. Sebagaimana
yang dilakukan pada penelitian Brief dan Zarowin, maupun Francis dan Schipper
(1999), penelitian ini berfokus pada relevansi informasi laporan keuangan bagi
investor untuk tujuan penilaian, dan relevansi nilai ini secara operasional
diukur berdasarkan daya penjelas (explanatory
power) informasi akuntansi untuk menjelaskan nilai pasar, yang diukur
dengan nilai adjusted R2.
Informasi akuntansi yang digunakan dalam menjelaskan nilai pasar ekuitas ini
meliputi nilai laba, dividen dan nilai buku.
Perbedaan dari penelitian
sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Brief dan Zarowin (1999) terletak
pada: pertama, setelah dilakukan
pengujian pada relevansi nilai dividen, nilai buku dan laba (earning), kualitas akrual digunakan
sebagai variabel kontrol, karena menurut Dechow dan Dichev (2001) merupakan
faktor yang berhubungan negatif dengan persistensi earning sehingga diharapkan akan memberikan pengaruh pada relevansi
nilai dividen, nilai buku dan laba (earning)
tersebut. Kontrol pada akuntansi akrual
ini pada penelitian Brief dan Zarowin tidak dilakukan sehingga tidak dapat
diketahui secara pasti pengaruh akuntansi akrual tersebut pada daya penjelas
laba dibandingkan dividen. Selain itu dilakukan kontrol juga pada ukuran
perusahaan yang diproksikan dengan total aset.
Permasalahan penelitian ini
mengenai relevansi nilai dividen, nilai buku dan laba yang mencakup: pertama, bagaimana relevansi nilai dividen,
nilai buku dan laba dalam menjelaskan nilai pasar perusahaan?; kedua, bagaimana
relevansi nilai dividen, nilai buku dan laba dalam pada perusahaan yang
memiliki laba negatif?; ketiga, apakah besarnya akrual, yang merupakan salah
satu komponen dari laba, akan mempengaruhi relevansi nilai dividen, nilai buku
dan laba?; dan yang terakhir adalah apakah ukuran perusahaan akan mempengaruhi
relevansi nilai dividen, nilai buku dan laba?
2. TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Pengertian Relevansi Nilai
Menurut Francis dan Schipper
(1999) terdapat empat kemungkinan intepretasi
konstruk relevansi nilai: Intepretasi pertama, adalah informasi
laporan keuangan mempengaruhi harga saham karena mengandung nilai intrinsik
saham sehingga berpengaruh pada harga saham.
Intepretasi kedua, informasi
keuangan merupakan nilai yang relevan bila mengandung variabel yang dapat
digunakan dalam model penilaian atau membantu dalam memprediksi variabel
tersebut.
Intepretasi relevansi nilai yang ketiga dan
keempat ditunjukkan oleh hubungan
statistik antara informasi keuangan dengan harga atau return. Menurut intepretasi ketiga, relevansi nilai
diukur dengan “berita” dari informasi yang bernilai relevan sehingga
menyebabkan perubahan harga saham karena dengan adanya informasi tersebut
menyebabkan investor merevisi ekspektasinya.
Sedangkan menurut intepretasi
keempat, relevansi nilai diukur dengan kemampuan informasi laporan keuangan
untuk menangkap atau meringkas berbagai macam informasi yang mempengaruhi nilai
saham. Pada penelitian ini intepretasi
relevansi nilai yang digunakan adalah intepretasi keempat.
2.2 Penelitian
Sebelumnya dan Pengembangan Hipotesis
2.2.1 Relevansi
Nilai Laba, Nilai Buku dan Dividen
Model penilaian berdasar laba dan nilai buku,
dipandang sebagai pendekatan alternatif untuk penilaian. Pada model teoretis yang mengasumsikan pasar
yang lengkap dan sempurna, nilai buku dan laba merupakan alternatif penilaian
yang berlebihan (redundant)
(Burgstahler dan Dichev, 1997), karena menurut White (1997) pada pasar
sempurna, model yang didasarkan pada aset, dividen, arus kas dan laba adalah
identik. Namun pada seting yang lebih
realistis dengan pasar yang tidak sempurna, sistem akuntansi dapat memberikan
informasi mengenai nilai buku dan laba sebagai komponen nilai ekuitas yang
komplementer daripada redundant. Secara
umum nilai perusahaan merupakan fungsi laba dan nilai buku (Burgstahler dan
Dichev, 1997).
Hasil penelitian Abukari et. al. melaporkan bahwa
model nilai buku dan laba masih merupakan variabel yang terpenting dalam
penilaian ekuitas, namun dividen juga memiliki nilai informasi atau sinyal yang
kredibel, bahkan dividen dinilai lebih tinggi pada perusahaan yang memiliki
asimetri informasi yang tinggi (Abukari et. al., 2000). Brief dan Zarowin
(1999) juga menemukan bahwa dividen ternyata memiliki relevansi nilai sama
besarnya dengan laba. Rata-rata nilai R2
pada regresi sederhana harga terhadap laba, dan harga terhadap dividen, secara
statistik tidak terdapat perbedaan baik untuk rata-rata pengujian per tahun
ataupun pengujian secara keseluruhan (pooled).
Dilain pihak, dividend
irrelevance theory menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh
baik pada harga saham perusahaan maupun biaya modalnya, dan nilai perusahaan
ditentukan hanya oleh laba dan risiko bisnisnya, atau tergantung pada income yang diharapkan dari asetnya
(Brigham, et.al., 1999).
Ha-1: Terdapat perbedaan relevansi nilai
antara laba, nilai buku dan dividen
2.2.2 Pengaruh Laba Perusahaan Pada
Relevansi Nilai Laba, Nilai Buku dan Dividen
Menurut Brief dan Zarowin (1999), laba negatif
memiliki relevansi yang kecil dalam penilaian. Namun, hasil penelitian Tan (2001) menunjukkan
bahwa dengan semakin meningkat (menurunnya) kemungkinan terjadinya merjer
(bangkrut), laba secara signifikan berasosiasi positif dengan nilai pasar ekuitas. Sedangkan hasil penelitian Subramanyam dan
Venkatachalam (1998) menunjukkan bahwa pada perusahaan yang mengalami kerugian,
nilai buku memberikan daya penjelas yang lebih tinggi dibandingkan dengan laba
sebelumnya dan laba saat ini. Sedangkan
pada perusahaan yang mengalami keuntungan, nilai buku tidak memberikan
informasi yang lebih besar dibandingkan laba saat ini dan laba tiga tahun
sebelumnya.
Ha-2a: Nilai
buku perusahaan dengan laba negatif, memiliki relevansi nilai yang lebih tinggi
bila dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki laba positif.
Hasil penelitian Abukari et.al. (2000) menunjukkan
bahwa pada perusahaan yang mengalami kerugian, dividen mampu memberikan sinyal
untuk mengkomunikasikan profitabilitas di masa depan, walaupun memerlukan biaya
yang besar (costly),. Hasil ini konsisten dengan profitability hypothesis yang menyatakan
bahwa pengaruh dividen akan lebih tinggi pada perusahaan yang keuntungannya
rendah.
Ha-2b: Relevansi
nilai dividen perusahaan dengan laba negatif yang membagikan dividen, akan
lebih tinggi bila dibandingkan perusahaan dengan laba positif yang membagikan
dividen.
2.2.3 Pengaruh Kualitas Akrual Pada Relevansi Nilai Laba, Nilai Buku dan
Dividen
Proses akrual banyak mendapat kritikan karena
didasarkan pada kos historis dan karena laba yang dilaporkan dapat dimanipulasi
melalui berbagai pilihan GAAP oleh manajer (Rayburn, 1986). Hal ini didukung
pula oleh hasil penelitian Sloan (1996) menyatakan bahwa kinerja laba saat ini
yang mengandung kedua komponen ini akan cenderung tidak persisten jika komponen
akrual lebih utama daripada komponen arus kas.
Bernstein (1993) pada artikel
Sloan (1996), mengungkapkan bahwa semakin tinggi arus kas operasi (cash flow from operations) terhadap laba
bersih, berarti semakin tinggi kualitas laba tersebut; dan sebaliknya
perusahaan dengan laba bersih yang tinggi namun arusnya kas rendah, dicurigai
menggunakan pengakuan laba atau pengeluaran akrual.
Richardson (2001) mengukur kualitas laba sebagai
tingkat persistensi kinerja laba pada periode selanjutnya, dan perusahaan
dengan akrual yang besar akan memiliki persistensi laba yang lebih rendah
sehingga mengalami penurunan kinerja laba pada tahun berikutnya. Sedangkan hasil penelitian Barth et.al.,
(1999) mendukung prediksi bahwa akrual dan arus kas memberikan tambahan
informasi dalam memprediksi laba abnormal masa depan dan dalam menjelaskan
ekuitas pasar saat ini, selain itu akrual dan arus kas memiliki relevansi nilai
pada semua industri. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Penman dan
Sougiannis (1995), yang menyatakan bahwa akuntansi akrual (secara umum)
memperlakukan investasi sebagai aset operasi yang tidak dapat mempengaruhi laba
dengan cepat dan ini menunjukkan bahwa akuntansi akrual ini mengurangi
kesalahan dalam penilaian discounted cash
flow (DCF), namun karena akrual ditentukan oleh pihak manajemen sehingga
mungkin juga akan mengakibatkan kesalahan lainnya.
Ha-3: Kualitas akrual akan berpengaruh pada
relevansi nilai laba.
2.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Pada
Relevansi Nilai Laba, Nilai Buku dan Dividen
Penelitian Chen et.al. (1999)
menemukan hasil bahwa pada perusahaan besar, variabel laba tidak terlalu
signifikan dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini tidka konsisten dengan hipotesis
Collin et.al. (1997) pada artikel Chen et.al. (1999), yang menyatakan bahwa
nilai buku akan lebih penting dibandingkan laba akuntansi dalam penilaian
perusahaan kecil, karena: pertama, perusahaan kecil cenderung belum “dewasa”
dan masih memungkinkan mengalami pertumbuhan di masa datang. Akibatnya, laba menjadi tidak persisten dan
tidak dapat menjadi proksi yang baik untuk laba masa depan, sehingga nilai buku
memiliki relevansi yang lebih tinggi dalam penilaian. Kedua, perusahaan kecil cenderung rentan
mengalami kesulitan keuangan, sehingga investor akan lebih berfokus pada nilai
buku ekuitas sebagai proksi abandonment
value. Sedangkan pengujian mengenai
pentingnya variabel dividen dilakukan oleh Abukari et.al. (2000) yang menemukan
hasil bahwa sinyal dividen akan lebih kuat pada perusahaan yang lebih besar.
Ha-4: Ukuran perusahaan akan
berpengaruh pada relevansi nilai laba.
3.
METODA PENELITIAN
3.1
Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini
mencakup semua perusahaan dalam industri manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dengan kriteria yang ditetapkan sebagai berikut:
1.
Terdaftar
mulai dari tahun 1995-2000, karena pada periode ini telah diterapkan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), sedangkan periode sebelumnya (sebelum tahun
1995) menggunakan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).
Menurut hasil penelitian
Irton (2001), secara rata-rata perubahan standar akuntasi memiliki pengaruh
negatif yang signifikan pada informasi akuntansi, sehingga jika menggunakan
periode dengan standar yang berbeda dikhawatirkan akan dapat mempengaruhi
informasi yang terkandung pada komponen akrual.
2.
Laporan
keuangan berakhir pada tanggal 31 Desember.
Dengan menggunakan akhir tahun fiskal yang sama, diharapkan dapat
meningkatkan komparabilitasnya. Jika
semua perusahaan dalam sampel tidak memiliki akhir tahun fiskal yang comparable, permasalahan dapat timbul
ketika dilakukan inferensi (Foster, 1986).
3.
Dibatasi
untuk industri manufaktur, karena perusahaan dalam industri manufaktur ini
cukup sensitif terhadap setiap kejadian (Gantyowati, 1998).
Data diperoleh dari data base MM UGM dan PPA UGM, Indonesia
Capital Market Directory, dan situs JSX.com.
3.2 Model dan Variabel Penelitian
Variabel dependennya adalah
nilai pasar (market value) pada akhir tahun fiskal t, dan variabel
independennya meliputi nilai buku (book
value), laba (earnings), dan
dividen, pada tahun t. Model regresi
untuk menguji hipotesis satu, dua, ketiga dan keempat adalah:
Masing-masing variabel pada model diatas dihitung
per lembar saham, dan didefinisikan sebagai berikut:
–
Nilai pasar
(Market Value) = MV = nilai pasar
saham biasa (common equity) pada
akhir tahun fiskal. Menurut Hartono
(2000), nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu, yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan
di pasar saham, sehingga Berdasar
definisi tersebut, maka secara operasional penelitian ini menggunakan harga
saham penutupan pada perdagangan terakhir sebelum akhir tahun fiskal.
–
Nilai buku (Book Value) = BV = nilai buku saham biasa (common equity) pada akhir tahun fiskal. Menurut Hartono (2000), nilai buku (book value) per lembar saham menunjukkan
aktiva bersih (net assets) yang
dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham, sehingga nilai
buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang
beredar.
–
Laba (Earnings) = E = laba bersih (net income) pada akhir tahun fiskal t.
–
Dividen = D
= dividen yang dibayarkan tahun t.
3.3 Metoda Analisis
Analisis statistik yang dilakukan untuk pengujian
deskriptif dan pengujian asumsi klasik serta untuk menguji hipotesis-hipotesis
yang diajukan.
3.3.1 Statistik Deskriptif.
Statistik deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau deskripsi mengenai data, seperti
rata-rata, median, dan standar deviasi (Santoso, 2000), baik pada sampel yang
membayarkan dividen, maupun pada sampel keseluruhan.
3.3.2 Uji Asumsi Klasik.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, pada setiap persamaan dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi Uji Autokorelasi dan Uji Multikolinearitas. Sedangkan Uji Normalitas tidak dilakukan karena menurut central limit theorem, apabila sampel random dari suatu populasi yang tidak normal, diambil dalam jumlah yang besar maka distribusi penyampelan rata-rata akan mendekati distribusi normal, dan akan semakin mendekati distribusi normal dengan semakin banyaknya jumlah sampel (Mendenhall dan Beaver, 1992; Gantyowati, 1998).
3.3.3 Pengujian Hipotesis:
Pada bagian berikut ini akan
dilakukan cara pengujian hipotesis-hipotesis yang telah diajukan pada bab
sebelumnya:
(1) Pengujian hipotesis pertama.
Pengujian dilakukan pada keseluruhan sampel dan dilakukan
per tahun maupun secara pooled, dan
untuk melihat relevansi nilainya digunakan perbandingan nilai R2-nya.
(2) Pengujian hipotesis kedua.
Pengujian
dilakukan dengan memisahkan antara perusahaan berlaba negatif dan positif.
Dilakukan juga pengujian pada perusahaan yang bernilai buku positif untuk
komparabilitas dengan penelitian Tan (2001), dan pengujian pada perusahaan yang
membagi dividen untuk mengetahui pengaruh dividen pada relevansi nilai.
(3) Pengujian hipotesis ketiga.
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan membentuk
portofolio berdasar kualitas akrual yaitu dengan menghitung nilai residual
akrual terhadap arus kas pada tahun sebelumnya, saat ini dan tahun berikutnya.
Portofolio dibentuk dengan membagi keseluruhan sampel menjadi tiga bagian
berdasar kualitas akrual (Dechow dan Dichev, 2001). Pengujian kualitas akrual
dilakukan dengan model:
Akrualt
= a + b1CFOt-1
+ b2CFOt + b3CFOt+1
+ et
Definisi untuk masing-masing variabel
diatas adalah:
Akrual = Laba Usaha - CFO
CFO = Arus kas dari kegiatan operasi
Nilai Laba usaha
(sebelum pendapatan dan beban lain-lain) dan CFO dapat diperoleh secara
langsung dari laporan laba/rugi dan arus kas.
Kualitas
akrual diukur dengan kesalahan akrual yaitu nilai residual dari regresi jumlah
akrual dengan realisasi arus kas pada tahun sebelumnya, saat ini dan satu tahun
berikutnya. Residual ini menunjukkan
ketidakterkaitan dengan realisasi arus kas, dan pengukuran kualitas akrual
menggunakan deviasi standar residual perusahaan; semakin tinggi deviasi
standar, semakin rendah kualitasnya (Dechow dan Dichev, 2001).
(4) Pengujian hipotesis keempat
Pengujian dilakukan dengan memeringkat sampel berdasar
nilai total asetnya sebagai proksi ukuran perusahaan, kemudian membagi sampel
menjadi tiga bagian. Pengujian kelima
model regresi dilakukan pada setiap bagian tersebut.
4. HASIL PENELITIAN DAN INTEPRETASI
4.1 Statistik
Deskriptif
Tabel 1, Panel A dan B,
menyajikan distribusi perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini. Data
variabel laba dan nilai buku yang bernilai negatif, juga dimasukkan dalam
sampel, sebagaimana penelitian Hand dan Landsman (1999).
*******
TABEL 1 (PANEL A & B)*******
Deskripsi pada Tabel 1 (Panel
A dan B) menunjukkan bahwa sampel yang membayarkan dividen sebesar 70% dari
keseluruhan observasi. Pada sampel yang
membayar dividen, rata-rata nilai buku, dividen, laba dan nilai pasar lebih
besar daripada keseluruhan sampel.
Deviasi standar keseluruhan
sampel memiliki nilai yang lebih besar bila dibandingkan dengan sampel yang
membagikan dividen, ini berarti pada sampel yang membagikan dividen, variasi
nilai minimum dan maximumnya lebih kecil bila dibandingkan keseluruhan sampel
(Santoso, 2000), kecuali standar deviasi variabel dividen yang pada sampel
pembayar dividen lebih besar daripada keseluruhan sampel.
4.2 Pengujian
Asumsi Klasik
Hasil pengujian asumsi klasik
yang meliputi pengujian autokorelasi dan multikolinearitas menunjukkan tidak
adanya masalah autokorelasi maupun multikolinearitas (hasil pengujian tidak
dilampirkan, namun tersedia jika diperlukan).
4.3 Pengujian
Hipotesis Pertama
Tabel 2, Panel A, B dan C,
menyajikan hasil pengujian cross-sectional
dari tahun 1995-2000 dan hasil pengujian beda rata-rata adjusted R2 dari tahun, serta menyajikan hasil pengujian
secara pooled sampel. Setelah
dilakukan penghitungan rata-rata adjusted
R2 dari tahun 1995-2000, kemudian dilakukan pengujian beda
antara rata-rata adjusted R2.
*******TABEL
2 (PANEL A)*******
Panel A menunjukkan bahwa
secara statistik rata-rata R2 dari nilai laba (E) yaitu 0.252 dan
nilai buku (BV) sebesar 0.281 tidak berbeda, dan ini tidak konsisten dengan
hasil penelitian Brief dan Zarowin (2000) yang menemukan nilai buku sebagai
variabel yang dominan dalam penilaian. Secara keseluruhan, dari hasil pengujian
di atas mendukung untuk menerima
hipotesis pertama bahwa terdapat perbedaan relevansi nilai antar
variabel laba, nilai buku dan dividen, namun variabel yang dominan dalam
penilaian adalah dividen.
*******TABEL
2 (PANEL B)*******
Perbandingan rata-rata adjusted R2 antara nilai laba
(E) berbeda dengan nilai dividen (D) yang sebesar 0.374 pada tingkat
signifikansi 5%. Hal ini mungkin
disebabkan besarnya peningkatan relevansi dividen bila dibandingkan dengan laba
terutama setelah krisis, kecuali pada tahun 1999 yang explanatory power-nya tidak signifikan yaitu sebesar 0.012. Hasil
ini juga tidak konsisten dengan Brief dan Zarowin (2000), yang menemukan hasil
nilai rata-rata R2 pada laba dan dividen yang secara statistik tidak
berbeda. Namun pada model BV & E,
dan BV & D nilai rata-rata R2 yang masing-masing sebesar 0.348
dan 0.476 menunjukkan hasil yang tidak berbeda secara statistik. Hasil ini konsisten dengan temuan Brief dan
Zarowin.
*******TABEL
2 (PANEL C)*******
Panel C menunjukkan bahwa
pada laba (E) dan dividen (D) tidak terdapat perbedaan yang terlalu besar,
namun terlihat nilai buku menjadi semakin penting dalam penilaian pada saat
terjadi krisis, dan menjadi variabel yang dominan dalam penilaian.
Pada pengujian sampel yang
membagikan dividen, nampak bahwa peran laba dan dividen pada saat sebelum
krisis tidak berbeda terlalu besar, sedangkan nilai buku menjadi variabel yang
tidak terlalu dominan. Namun pada saat
terjadi krisis, laba mengalami penurunan relevansinya dalam penilaian, dan
dividen menjadi lebih diperhitungkan dalam penilaian.
4.4 Pengujian
Hipotesis Kedua
Tabel 3, Panel A, B, C, D, dan E, menyajikan hasil pengujian perbandingan relevansi nilai pada sampel yang memiliki laba negatif dan positif. Pengujian sampel yang memiliki laba bersih (net income) negatif hanya dilakukan pada periode saat krisis ekonomi (1997-2000) karena pada tahun 1995-1996 observasian yang memiliki laba negatif sangat kecil hanya 5 observasian.
*******TABEL 3 (PANEL A)*******
Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa pada keseluruhan sampel relevansi nilai semua variabel tidak signifikan baik pada laba, dividen maupun nilai buku. Hal ini konsisten dengan pendapat Brief dan Zarowin yang menyatakan bahwa laba negatif memiliki relevansi nilai yang kecil, sehingga hasil ini pun mendukung untuk tidak menerima hipotesis kedua (a).
Pengujian ini dilain pihak
tidak konsisten dengan penelitian Tan (2001) pada sampel yang memiliki nilai
buku positif, yang menunjukkan bahwa nilai buku ekuitas lebih relevan pada
perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan, sedangkan laba lebih relevan pada
perusahaan yang kondisi keuangannya sehat.
*******TABEL
3 (PANEL B)*******
Panel B menunjukkan nilai
buku dominan pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Hasil ini
konsisten dengan penelitian Tan, dan ketidakkonsistenan dengan hasil penelitian
Tan di atas disebabkan oleh pengambilan sampelnya. Dengan model pengujian Tan ini, hipotesis kedua (a) tidak dapat ditolak.
*******TABEL
3 (PANEL C)*******
Panel C ini menyajikan hasil
pengujian pada sampel yang membagikan dividen, dan menunjukkan bahwa pada
sampel dengan laba negatif yang membagikan dividen, relevansi laba ternyata
lebih besar bila dibandingkan dividen.
Sedangkan pada sampel dengan laba positif menunjukkan relevansi yang
hampir sama antara laba dengan dividen.
Dengan hasil ini berarti hipotesis
kedua (b) ditolak.
Pada sampel yang memiliki
laba positif yang membagikan dividen,
hasilnya menunjukkan perbedaan antara R2 variabel laba tidak
terlalu besar dibandingkan dengan variabel dividen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai buku
lebih dominan dibandingkan laba. Selain
itu pada pengujian dengan model E & BV dan D & BV menunjukkan hasil
bahwa nilai buku memberikan kontribusi yang signifikan sehingga menutupi
kelemahan yang ada pada variabel laba maupun dividen.
Sebagai perbandingan dengan
hasil penelitian Hand dan Landsman (1999), yang menggunakan koefisien slope dan
t-statistik, yang menemukan bahwa dividen di nilai secara positif, tapi
hubungan positif pada perusahaan yang mengalami kerugian tiga kali lebih besar
dibandingkan pada perusahaan yang menghasilkan keuntungan.
*******TABEL
3 (PANEL D & E)*******
Panel D dan E merupakan hasil
pengujian persamaan (5) dan ditemukan hasil yang hampir sama, namun hanya dua
kali lebih besar, yaitu pada perusahaan berlaba positif sebesar 5.89, dan
perusahaan berlaba negatif sebesar 11.5. Hasil ini konsisten dengan profitability-signaling hypothesis yang memprediksikan
bahwa dividen dinilai lebih rendah jika labanya positif, yang menurut Hands dan
Landsman (1999), hal ini disebabkan dividen lebih mampu memberikan sinyal untuk
profitabilitas di masa depan bagi perusahaan yang saat ini mengalami kerugian.
4.5 Pengujian
Hipotesis Ketiga
Tabel 4, Panel A dan B, menyajikan hasil pengujian kualitas akrual dan pengaruh kualitas akrual pada relevansi nilai. Pengujian dilakukan dengan: pertama, menghitung nilai unstandardized residual yang diperoleh dengan melakukan regresi antara nilai akrual pada saat t dengan nilai arus kas pada saat t-1, t dan t+1. Nilai residual sebagai proksi kualitas akrual karena menunjukkan tingkat penyimpangan akrual dalam realisasi menjadi arus kas.
Kedua, dibentuk portofolio
sebagaimana pada penelitian Dechow dan Dichev (2001), mula-mula sampel
diurutkan berdasar besarnya nilai absolut residual, kemudian dibagi menjadi
tiga bagian yang sama besar. Pada masing-masing bagian tersebut kemudian dibagi
lagi menjadi tiga bagian untuk membentuk portofolio. Kelompok yang berada pada tingkatan yang
rendah pada masing-masing bagian, dijadikan dalam satu portofolio.
*******TABEL
4 (PANEL A)*******
Panel A menunjukkan pada
portofolio I dan II tidak terjadi kenaikan deviasi standar akrual yang cukup
besar, dan perbedaan rata-rata akrual antara kedua portofolio tidak terlalu
besar. Sedangkan pada portofolio III
terdapat kenaikan yang cukup besar pada deviasi standar, dan rata-rata jumlah
akrual pada portofolio ini juga semakin besar.
Semakin meningkatnya jumlah
akrual yang dilihat dari mean absolut
akrual dari 0.069 sampai 0.116, semakin meningkat pula deviasi standar
residual yang menunjukkan kualitas
akrual (semakin tinggi nilai deviasi standar, semakin rendah kualitas akrual
karena deviasi standar residual menunjukkan tingkat realisasi akrual menjadi
arus kas) yaitu dari 0.052 sampai 0.120, dan semakin menurun pula explanatory power portofolio tersebut
dari 0.632 menjadi 0.385. Hasil ini
konsisten dengan penelitian Dechow dan Dichev yang menemukan hubungan negatif
antara besarnya akrual dengan kualitas akrual.
*******TABEL
4 (PANEL B)******
Setelah dilakukan pembentukan
portofolio berdasarkan kualitas akrual, kemudian pada masing-masing portofolio
tersebut diuji relevansi nilainya. Hal ini
dimaksudkan untuk menguji adanya pengaruh akuntansi akrual pada relevansi
nilai. Hasil pengujian di atas
mendukung untuk menerima hipotesis
ketiga bahwa terdapat pengaruh kualitas akrual pada relevansi nilai,
terutama pada variabel laba. Panel B di atas menunjukkan bahwa pada portofolio
I yang berkualitas akrual terbaik, perbedaan nilai R2 antara laba,
dividen dan nilai buku tidak terlalu besar, yaitu sebesar 0.448; 0.512 dan
0.404. Sedangkan pada pengujian
portofolio II menunjukkan bahwa perbedaan antara laba dan dividen tidak terlalu
besar yaitu sebesar 0.242 dan 0.243, namun nilai buku menunjukkan perbedaan
yang cukup besar yaitu sebesar 0.427 dan menjadi variabel yang dominan dalam
penilaian. Pengujian portofolio III yang merupakan portofolio dengan kualitas akrual terendah menunjukkan nilai R2
pada variabel laba tidak signifikan yaitu sebesar 0.013, sedangkan dividen
bernilai lebih besar yaitu sebesar 0.292, namun nilai R2 yang
terbesar dan cukup stabil tetap pada variabel nilai buku ekuitas yaitu sebesar
0.496.
4.6 Pengujian Hipotesis Keempat
Tabel 5 menyajikan hasil pengujian pengaruh ukuran
perusahaan pada relevansi nilai.
Pengujian dilakukan dengan memeringkat sampel berdasarkan ukuran
perusahaan, diproksikan dengan nilai total aset sampel, kemudian sampel dibagi
menjadi tiga bagian.
*******TABEL
5*******
Tabel
5 menunjukkan pada perusahaan yang berukuran kecil, nilai adjusted R2 laba (0.016) memiliki relevansi yang kecil
di bandingkan nilai buku dan dividen (masing-masing 0.396 dan 0.406). Pada
perusahaan yang berukuran medium, menunjukkan nilai laba cukup signifikan,
namun masih lebih rendah bila dibandingkan nilai buku dan dividen. Sedangkan perusahaan yang berukuran besar
menunjukkan nilai laba lebih dominan dibandingkan variabel lainnya. Berdasar hasil ini, maka hipotesis keempat
tidak dapat ditolak,
Hasil
pengujian ini konsisten dengan hipotesis Collin et.al. (1997) yang terdapat
dalam artikel Chen et.al. (1999), dan hasil penelitian Abukari et.al. (2000),
yang menyatakan bahwa nilai laba tidak
akan terlalu penting dalam penilaian pada perusahaan kecil, bila
dibandingkan dengan nilai buku (Collin et.al.) dan nilai dividen (Abukari
et.al.).
5. PENUTUP
5.1 Simpulan
Penelitian ini membahas relevansi laba, nilai buku
dan dividen, serta kontribusi nilai buku untuk menambahi (incremental) informasi yang terkandung dalam laba dan dividen. Sampel yang digunakan sebanyak 59 perusahaan
dari industri manufaktur pada tahun 1995-2000, dan pengolahan data dilakukan
secara tahunan dan pooled-sample.
Pengujian asumsi autokorelasi baik tahunan maupun pooled tidak ditemukan adanya masalah
kecuali pada tahun 1997, sedangkan pengujian masalah multikolinearitas tidak
menemukan adanya masalah baik pada pengujian tahunan maupun secara pooled.
Pengujian pertama membahas relevansi nilai laba,
nilai buku dan dividen secara umum.
Pengujian dilakukan secara tahunan maupun pooled, dan hasilnya menunjukkan adanya perbedaan relevansi nilai
pada ketiga variabel tersebut, dan pada pengujian tahunan secara statistik
rata-rata dividen lebih baik daripada kedua variabel lainnya. Dengan hasil tersebut maka tidak dapat
menolak hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara
relevansi nilai laba, nilai buku dan dividen.
Namun terdapat ketidakkonsistenan dengan hasil penelitian Brief dan
Zarowin (1999) yang menemukan nilai buku lebih dominan dibandingkan dua
variabel lainnya.
Pada pengujian hipotesis kedua (a) mengenai
dominansi relevansi nilai buku pada perusahaan yang mengalami laba negatif,
menunjukkan hasil kecilnya relevansi nilai semua variabel, bahkan tidak
signifikan. Namun setelah dilakukan
pengujian pada perusahaan yang memiliki nilai buku positif sebagaimana metoda
yang dilakukan Tan (2001), ditemukan adanya dominansi nilai buku. Hasil ini konsisten dengan hipotesis kedua
(a).
Pengujian hipotesis kedua (b) mengenai dominansi
relevansi nilai dividen pada perusahaan yang mengalami laba negatif,
menunjukkan hasil yang tidak konsisten dengan hipotesis kedua (b) karena
ternyata nilai laba yang paling dominan relevansi nilainya. Sedangkan pada perusahaan yang berlaba
positif tidak terdapat perbedaan yang terlalu besar relevansi nilai antar
variabel.
Pengujian hipotesis ketiga untuk mengetahui
pengaruh kualitas akrual pada relevansi nilai ketiga variabel, dan hasilnya
menunjukkan adanya pengaruh kualitas akrual pada laba. Hal ini karena akrual merupakan salah satu
komponen laba. Dengan hasil ini
hipotesis ketiga tidak dapat ditolak.
Namun hasil ini tidak sesuai dengan prediksi Brief dan Zarowin yang
mengharapkan relevansi nilai laba akan lebih besar dibandingkan variabel
dividen, karena diharapkan akuntansi akrual akan membuat laba menjadi lebih
informatif.
Pengujian hipotesis keempat mengenai pengaruh
ukuran perusahaan pada relevansi nilai.
Hasil pengujian menunjukkan relevansi nilai laba terpengaruh oleh ukuran
perusahaan. Relevansi nilai laba tidak
terlalu besar pada perusahaan yang berukuran kecil dan menjadi variabel yang
dominan pada perusahaan yang berukuran besar.
5.2 Keterbatasan dan Penelitian Selanjutnya
Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian dan
kemungkinan penelitian selanjutnya, antara lain:
1.
Penelitian ini berfokus hanya pada perusahaan dalam
industri manufaktur, sehingga pada penelitian selanjutnya dapat dikembangkan
pada industri-industi lain, karena perbedaan antara harga pasar dan nilai buku
memiliki kesamaan pada perusahaan yang berada dalam industri yang sama White
(1997).
2.
Penelitian ini berfokus pada laporan akhir tahun,
padahal dividen mungkin dibagikan pada kuartalan, tengah tahunan ataupun
tahunan, sehingga mungkin akan berimplikasi pada hubungan dividen dan harga
pada akhir tahun. Penelitian dengan
menggunakan laporan kuartalan mungkin dapat memberikan estimasi yang
berbeda.*******
DAFTAR PUSTAKA
Abukari, K., V.Jog, and
B.J.McConomy, 2000, “The Role and the Relative Importance of Financial
Statements in Equity Valuation”, Working
Paper, Carleton University
Barth, M.E., W. Beaver,
J.R.M.Hand, and Wayne R. Landsman, 1999, “Accrual, Cash Flow, and Equity Values”,
Working paper, Stanford University
Bernard, V.L. and T.L.Stober,
1989, “The Nature and Amount of Information in Cash Flow and Accrual”, The Accounting Review, Vol.64, No.4,
Hal: 624-652
Bowen, R.M., 1981, “Valuation
of Earnings Components in the Electric Utility Industry”, The Accounting Review (January), Vol.56, No.1, Hal: 1-22
Brief, R.P., and P.Zarowin,
1999, “The Value Relevance of Dividends, Book Value and Earnings”, Working
Paper New York University
Brigham, E.F., L.C.Gapenski,
and P.R. Daves, 1999, “Intermediate
Financial Management”, The Dryden Press, 6th ed.
Burgsthaler D.C., and
I.D.Dichev, 1997, “Earnings, Adaptation and Equity Value”, The Accounting Review (April), Vol.72, No.2, Hal: 187-215
Chen, C.J.P., S.Chen, and X.Su,
1999, “Is Accounting Information Value Relevant in Emerging Chinese Stock
Market?”, Working Paper, City
University of Hong Kong
Dechow,P.M, and I.D.Dichev,
2001, “The Quality of Accruals and Earnings: The Role of Accrual Estimation
Errors”, Working Paper, University of Michigan
Financial Accounting Standards
Board, 1978, “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises” Statement of Financial Accounting Concepts No.1
----------------------------------,
1984, “Recognition and Measurement in Financial Statements of Business
Enterprises” Statement of Financial
Accounting Concepts No.5
----------------------------------,
1985, “Elements of Financial Statements” Statement
of Financial Accounting Concepts No.6
Foster, G., 1986, “Financial Statement Analysis”, Englewood
Cliffs, NJ:Prentice-Hall
Francis, J. and K.Shipper,
1999, “Have Financial Statements Lost Their Relevance?”, Journal of Accounting Research (Autumn), Vol.37, No.2, Hal: 319-351
Gantyowati, E., 1998, “Hubungan Antara
Operating Cash Flow Dan Accrual Dengan Return Saham: Studi Pada Bursa Efek
Jakarta”, Tesis, Msi.-UGM
Gujarati D.N., 1995, “Basic Econometrics”, McGraw-Hill, Inc.,
3rd ed.
Hand, J.R.M., and W.R.Landsman, 1999, “The Pricing of Dividens in
Equity Valuation”, Working Paper, UNC
Chapel Hill
Hartono, J., 2000, “Teori
Portofolio dan Analisis Investasi”, BPFE UGM, Edisi kedua
Irton, 2001, “Asosiasi Antara Informasi Akrual Dan Komponen Kas Dalam
Earning Dengan Harga Saham”, Tesis,
Msi.-UGM
Jones, C.P., 2000, “Investment:
Analysis and Management”, John Wiley & Sons, 7th Ed.
Mendenhall, W., and R.J. Beaver, 1992, “A Course in Business Statistics”, PWS-Kent Publishing Co., 3rd
ed.
Penman, S.H., and T.Sougiannis,
1995, “A Comparison of Dividend, Cash Flow, and Earnings Approaches to Equity
Valuation” Working Paper, University
of California
---------------------------------------,
1997, “The Dividend Displacement Property and the Substitution of Anticipated
Earnings for Dividends in Equity Valuation”, The Accounting Review (January), Vol.72, No.1, Hal: 1-21
Rayburn, J. 1986, “The
Association of Operating Cash Flow With Security Return”, Journal of Accounting Research, Vol. 24, Supplement
Richardson, S., R.G.Sloan,
M.Soliman and I.Tuna, 2001, “Information in Accrual about the Quality of
Earnings”, Working Papers, University
of Michigan
Santoso, S., 1997, “SPSS Mengolah Data Statistik Secara
Profesional”, Elex Media Komputindo
Santoso, S., 2000, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”,
Elex Media Komputindo
Sloan, R.G., 1996, “Do Stock
Prices Fully Reflect Information in Accruals and Cash Flows”, The Accounting Review (July), Hal:
289-315
Subramanyam, K.R., and M.
Venkatachalam, 1998, “The Role of Book Value in Equity Valuation: Does the
Stock Variable Merely Proxy for Relevant Past Flows?”, Working Paper, University of Southern California
Tan, C.E.L., 2001,
“Alternateive Adaptations of Distressed Firms’ Resources: The Valuation Roles
of Book Value of Equity and Earnings”, Working
Paper, Baruch College-City University of New York
Weston, J.F. and E.F.Brigham (alihbahasa
D.Wahid dan R.Kosasih), 1991, “Manajemen
Keuangan”, Penerbit Erlangga, Edisi ketujuh.
White, G.I., A.C. Sondhi, and
D. Fried, 1997, “The Analysis and Use of
Financial Statements”, John Wiley & Sons, Inc., 2nd ed.
Wilson, G.P., 1987, “The
Incremental Information Content of the Accrual and Funds Components of Earnings
After Controlling for Earning”, The
Accounting Review, Vol.62, No.2, Hal: 293-322
TABEL 1
STATISTIK DESKRIPTIF
Panel A: Statistik
Deskriptif Keseluruhan Sampel
Panel
A dibawah ini menyajikan deskripsi distribusi keseluruhan sampel, baik yang
membayarkan dividen maupun yang tidak membayarkan dividen:
|
N
|
Minimum
|
Maximum
|
Mean |
Std. Deviation
|
BV
|
354
|
-9026.536766
|
13542.6171
|
1674.76142
|
2403.86736
|
D
|
354
|
0
|
5973.46025
|
133.3270355
|
439.912503
|
E
|
354
|
-10981
|
4871
|
96.17667391
|
1162.50836
|
MV
|
354
|
125
|
57000
|
3487.189266
|
6289.09922
|
Panel B: Statistik Deskriptif Sampel Pembayar Dividen
Panel
B dibawah ini menyajikan deskripsi distribusi sampel perusahaan yang
membayarkan dividen saja:
|
N |
Minimum
|
Maximum
|
Mean
|
Std. Deviation
|
BV
|
245
|
-236.1106144
|
13542.6171
|
2232.41497
|
2037.78749
|
D
|
245
|
0.0011818
|
5973.4602
|
192.64396
|
518.35950
|
E
|
245
|
-10981
|
4871
|
255.63683
|
1079.92115
|
MV
|
245
|
150
|
40000
|
3859.77551
|
5872.40911
|
TABEL 2
RELEVANSI NILAI KESELURUHAN
Panel A: Pengujian Relevansi Nilai secara Cross-sectional
Panel
A berikut ini menyajikan nilai adjusted R2 dari hasil
pengujian cross-sectional dan
rata-rata nilai adjusted R2
dari masing-masing variabel:
|
|
E |
E & BV |
BV
|
BV & D
|
D
|
Pengujian Cross-sectional
(Sampel
dengan dan tanpa dividen)
|
1995
n = 59
|
0.142
|
0.137
|
0.081**
|
0.095
|
0.057**
|
1996
n = 59
|
0.617
|
0.615
|
0.277
|
0.630
|
0.605
|
|
1997
n = 59
|
0.254
|
0.359
|
0.340
|
0.761
|
0.729
|
|
1998
n = 59
|
0.003tdk.sig.
|
0.383
|
0.391
|
0.396
|
0.184
|
|
1999
n = 59
|
0.227
|
0.277
|
0.286
|
0.301
|
0.012tdk.
sig.
|
|
2000
n = 59
|
0.270
|
0.318
|
0.309
|
0.670
|
0.657
|
|
Rata -
rata
|
|
0.252
|
0.348
|
0.281
|
0.476
|
0.374
|
Panel B: Pengujian
Beda antar Rata-Rata Adjusted R2
Panel
B berikut ini menyajikan hasil pengujian beda rata-rata nilai adjusted R2 yang diperoleh
dari hasil pengujian pada Tabel 2 (Panel A):
|
Beda
Rata-rata R2
|
Hasil Uji Beda
|
1.
|
E dengan D
|
0.04**
|
2.
|
E
dengan BV
|
0.39
|
3.
|
D dengan BV
|
0.00***
|
4.
|
E & BV dengan D & BV
|
0.11
|
***
Signifikan pada tingkat 1%
**
Signifikan pada tingkat 5%
Panel C: Pengujian Pooled Sampel
Panel C berikut ini
menyajikan hasil pengujian dengan menggunakan pooled sampel, dengan pemisahan antara sebelum krisis (1995-1996)
dan sesudah krisis (1997-2000):
|
|
E
|
E & BV
|
BV
|
D & BV
|
D
|
Seluruh
sampel
|
Sblm.
Krisis
(n
= 118)
|
0.350
|
0.345
|
0.173
|
0.334
|
0.295
|
Ssdh.
Krisis
(n
= 236)
|
0.130
|
0.304
|
0.300
|
0.346
|
0.194
|
|
Sampel
dengan dividen
|
Sblm.
Krisis
(n
= 115)
|
0.346
|
0.342
|
0.165
|
0.328
|
0.291
|
Ssdh.
Krisis
(n
= 130)
|
0.137
|
0.446
|
0.446
|
0.519
|
0.365
|
TABEL 3
PENGARUH LABA PERUSAHAAN PADA RELEVANSI NILAI
Panel
A: Perbandingan
Relevansi Nilai pada Sampel yang Memiliki Laba Negatif dan Positif
Panel
A berikut ini menyajikan hasil pengujian pooled
sampel yang memiliki laba negatif dan positif pada tahun 1997-2000:
|
E
|
E & BV
|
BV
|
D & BV
|
D
|
Seluruh
Sampel NI (-)
(n
= 104)
|
0.008tdk.sig.
|
0.000
|
-0.010tdk.sig.
|
0.000tdk.sig.
|
0.009tdk.sig.
|
Seluruh
Sampel NI (+)
(n
= 133)
|
0.245
|
0.349
|
0.340
|
0.365
|
0.170
|
Panel
B: Relevansi Nilai pada Sampel yang berlaba Negatif dan Nilai Buku
Positif
Panel
B menyajikan hasil pengujian relevansi nilai dengan sampel perusahaan yang
memiliki laba negatif dan nilai buku positif:
|
E
|
E & BV
|
BV
|
D & BV
|
D
|
Seluruh Sampel
(n = 76)
|
0.003tdk.sig.
|
0.274
|
0.286
|
0.275
|
0.0029tdk.sig.
|
Panel C: Relevansi Nilai Perusahaan yang Membagikan
Dividen
Panel
C menyajikan hasil pengujian relevansi nilai dengan sampel perusahaan yang
membagikan dividen:
|
E
|
E & BV
|
BV
|
D & BV
|
D
|
Sampel
dengan dividen NI (+)
(n
= 104)
|
0.322
|
0.407
|
0.401
|
0.474
|
0.339
|
Sampel
dengan dividen NI (-)
(n
= 46)
|
0.428
|
0.467
|
0.290
|
0.410
|
0.175
|
Panel D: Pengujian Nilai Koefisien Sampel yang Berlaba
Positif
Panel
D menyajikan hasil pengujian nilai koefisien, dengan sampel perusahaan yang
memiliki Laba positif:
Coefficients |
|
|
|
|
|
|
|
||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
Collinearity Statistics
|
||||||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
Tolerance
|
VIF
|
|||||||
1
|
(Constant)
|
3516.578138
|
755.496401
|
|
4.65465902
|
1.2336E-05
|
|
|
|||
D
|
5.892995532
|
0.89369982
|
0.588650205
|
6.59393166
|
3.6164E-09
|
1
|
1
|
||||
a. Dependent Variable: MV
|
|
|
|
|
|
|
|||||
Panel E: Pengujian Nilai Koefisien Sampel yang Berlaba
Negatif
Panel
E menyajikan hasil pengujian nilai koefisien dengan sampel perusahaan yang
memiliki Laba negatif:
Coefficients |
|
|
|
|
|
|
|
||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
Collinearity Statistics
|
||||||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
Tolerance
|
VIF
|
|||||||
1
|
(Constant)
|
628.5109258
|
256.109416
|
|
2.4540719
|
0.0181527
|
|
|
|||
D_DIV
|
18.48619359
|
5.68481201
|
0.440185996
|
3.2518566
|
0.0022038
|
1
|
1
|
||||
a. Dependent Variable: MV_DIV
|
|
|
|
|
|
|
|||||
TABEL 4
PENGARUH KUALITAS AKRUAL PADA RELEVANSI NILAI
Panel
A: Pengujian
Kualitas Akrual
Panel A menyajikan pengujian
kualitas akrual berdasar portofolio yang dibentuk dengan proksi jumlah akrual:
Portofolio |
Mean Abs. Akrual
|
Std.Dev.
Residual
|
Adj. R2
|
I
|
0.069
|
0.052
|
0.632
|
II
|
0.079
|
0.069
|
0.495
|
III
|
0.116
|
0.120
|
0.385
|
Panel B: Relevansi Nilai Berdasar Portofolio
Kualitas Akrual
Panel B menyajikan relevansi
nilai pada portofolio yang disusun berdasar kualitas akrual, sebagaimana
disajikan Panel A:
Portofolio |
E
|
E & BV
|
BV
|
D & BV
|
D
|
I
|
0.448
|
0.565
|
0.512
|
0.597
|
0.404
|
II
|
0.242
|
0.428
|
0.427
|
0.484
|
0.243
|
III
|
0.013
|
0.486
|
0.496
|
0.530
|
0.292
|
TABEL 5
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN PADA RELEVANSI NILAI
Rangking
|
E
|
E & BV
|
BV
|
D & BV
|
D
|
I
(n = 51 )
|
0.016tdk.sig.
|
0.384
|
0.396
|
0.571
|
0.406
|
II
(n = 51)
|
0.445
|
0.637
|
0.644
|
0.738
|
0.573
|
III
(n = 51)
|
0.364
|
0.407
|
0.234
|
0.344
|
0.324
|
No comments:
Post a Comment