Wednesday 3 April 2013

PENDAPATAN NASIONAL, PERTUMBUHAN, DAN STRUKTUR EKONOMI


Prestasi ekonomi suatu bangsa atau negara dapat dinilai dengan berbagai ukuran agregat. Secara umum, prestasi tersebut diukur melalui sebuah besaran dengan istilah Pendapatan Nasional. Pendapatan Nasional bukan hanya berguna untuk menilai perkembangan ekonomi suatu negara dari waktu ke waktu, tapi juga membandingkannya dengan negara lain. Disamping itu, dari angka Pendapatan Nasional selanjutnya dapat pula diperoleh ukuran turunannya seperti pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita.

KONSEP-KONSEP PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA
Istilah “Pendapatan Nasional” dapat berarti sempit dan berarti luas. Dalam arti sempit, “pendapatan nasional” adalah terjemahan langsung dari national income. Dalam arti luas “pendapatan nasional” dapat merujuk ke Produk Domestik  Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP), atau merujuk ke Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP), Produk Nasional Netto (PNN) atau Net National Product (NNP), atau merujuk ke Pendapatan nasional (PN) alias National Income (NI) .


METODE PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
Di Indonesia, data mengenai pendapatan nasional di kumpulkan dan dihitung serta disajikan oleh Biro Pusat Statistik . Penghitungan pendapatan nasional Indonesia dapat dihitung atau diukur dengan 3 macam pendekatan yaitu (1) pendekatan produksi, (2) pendekatan pendekatan, dan (3) pendekatan pengeluaran
Menurut pendekatan produksi, PDB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun . Unit unit produksi dipilah pilah menjadi 11 sector atau lapangan usaha yaitu (1) pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industry pengolahan, (4) listrik, gas, dan air minum, (5) bangunan, (6) perdagangan, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) bank dan lembaga keuangan lainnya, (9) sewa rumah, (10) pemerintahan, dan (11) jasa jasa
Menurut pendekatan pendatan, PDB adalah jumlah balas jasa yang ditrima oleh factor factor produksi yang turut serta dalam proses produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun . balas jasa produksi meliputi upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan . PDB mencakup penyusutan dan pajak pajak tak langsung netto . PDB menurut pendekatan pendapatan adalah penjumlahan dari nilai tambah bruto seluruh sector atau lapangan usaha .
Menurut pendekatan pengeluaran, PDB adalah jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, pembentukan modal tetap domestic bruto dan perubahan stok, pengeluaran konsumsi pemerintah, serta ekspor netto (ekspor di kurangi impor ) dalam jangka waktu setahun
Produk nasional brutto ( PNB ) adalah produk domestic bruto ditambah pendapatan netto atas factor luar negri . pendapatan netto atas factor luar negeri ialah pendapatan atas factor produksi warga negara Indonesia yang dihasilkan di ( diterima dari ) luar negeri dikurangi pendapatan atas factor produksi warga negara asing yang dihasilkan di Indonesia . dengan PNB dapat dihitung PNN yaiitu produk nasional brutto ( PNB dikurangi seluruh penyusutan atas barang barang modal tetap yag digunakan dalam proses produksi selama setahun
PDB dan PNB serta PNN merupakan dasar harga pasar, karena didalam nya masih tercakup unsur pajak tak langsung netto . Pajak tak langsung netto ialah jumlah seluruh pajak tak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi jumlah seluruh subsidi yang diberikan pemerintah .

METODE PENGHITUNGAN PERTUMBUHAN RIIL
PDB, PNB, PNN, dan PN secara umum disebut agregat ekonomi, maksudnya angka besaran total yang menunjukan prestasi ekonomi suatu negara atau negeri . Dari agregat ekonomi ini selanjutnya dapat diukur pertumbuhan ekonomi . Penghitungan pertumbuhan ekonomi riil harus dihilangkan pengaruh perubahan harga pada angka angka agregat ekonomi menurut harga berlaku ( current prices ), sehingga terbentuk angka agregat ekonomi menurut harga konstan ( constant prices ) . Ada 3 metode untuk mengubah angka menurut harga berlaku menjadi angka menurut harga konstan yaitu (1) metode revaluasi, (2) metode ekstrapolasi, (3) metode devlasi .
Metode revaluasi dilakukan dengan cara menilai produksi masing masing tahun dengan menggunakan harga tahun tertentu yang dijaadikan tahun dasar . Metode ekstra polasi dilakukan dengan cara memperbaui ( updating ) nilai tahun dasar sesuai dengan indeks produksi atau tingkat pertumbuhan riil dari tahun sebelumnya . Metode devlasi dilakukan dengan cara membagi nilai masing masing tahun dengan harga relative yang sesuai ( indeks harga x 1/100 )

METODE PENGHITUNGAN NILAI TAMBAH
Nilai tambah adalah selisih antara nilai akhir ( harga jual ) suatu produk dengan nilai bahan baku nya . nilai tambah yang dihitung menurut harga tahun yang berjalan dsebut nilai tambah menurut harga berlaku . nilai tambah dapat pula dihitung menurut harga konstan pada tahun dasar tertentu . untuk menghitung nilai tambah menurut harga konstan ada macam 4 cara yaitu : (1) metode devlasi ganda, (2) metode ekstrapolasi langsung,(3)  metode devlasi langsung, (4) metode devlasi komponen pendapatan . Tiga yang pertama diterapkan dalam perhitungan PDB menurut pendekatan produksi, sedangkan yang terakhir digunakan dalam perhitungan PDB menurut pendekatan pendapatan .
Metode devlasi ganda dalam menghitung nilai tambah dilakukan jika  keluaran ( output ) menurut harga konstan dihitung terpisah dari masukan antara ( intermediate-input ) menurut harga konstan . Metode ekstrapolasi langsung dilakukan dengan menggunakan perkiraan perkiraan dari perhitungan pengeluaran menurut harga konstan atau langsung menggunakan indeks produksi yang sesuai . Metode devlasi langsung dilakukan dengan menggunakan indeks harga implicit dari keluaran atau secara langsung menggunakan indeks harga produksi yang sesuai, kemudian dijadikan angka pembagi terhadap nilai tambah menurut harga yang berlaku . metode devlasi komponen pendapatan dilakukan dengan cara mendeflasikan komponenkomponen nilai tambah atas pendapatan perndapatan yang membentuk unsure niali tambah tersebut yakni pendapatan nilai kerja, modal dan manajemen.

PENDAPATAN PERKAPITA DAN KEMISKINAN
Pertumbuhan ekonomi, dihitung berdasarkan pendekatan nilai riil produk domestic bruto (gross domestic bruto), bukan semata-mata menunjukkan peningkatan produk atau pendapatan secara makro. Pertumbuhan ekonomi telah menaikkan pendapatan perkapita masyarakat.
Dalam lingkup Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), sampai dengan tahun 1993, pendapatan perkapita Indonesia adalah yang terendah. Bahkan masih lebih rendah daripada Filiphina yang akibat ketidakstabilan di dalam negeri, selama periode 1980-1993 mengalami pertumbuhan pendapatan perkapita negative. Akan tetapi, dibandingkan dengan dua negara lain yang berpendudukan besar di Dunia, yakni Republik Rakyat Cina (RRC) dan India, pendapatan perkapita Indonesia masih lebih tinggi.
Terhadap India, perekonomian Indonesia masih jauh lebih baik. Bukan saja karena pendapatan perkapita yang lebih tinggi, namun juga karena pertumbuhannya lebih cepat. Akan tetapi terhadap Cina, keadaanya sebaliknya mungkin terjadi.
Pendapatan perkapita memang bukan merupakan satu-satunya tolak ukur untuk menilai tingkat kemakmuran suatu bangsa atau kesejahteraan rakyat sebuah negara. Pendapatan perkapita adalah sebuah konsep rata-rata, belum menghiraukan distribusinya di kalangan penduduk. Penilaian kesejahteraan penduduk sebuah negeri tidak cukup hanya dengan melihat besar kecilnya pendapatan perkapita, tetapi harus memperhatikan distribusi pendapatan itu dikalangan penduduk.
Tolak ukur lain mengenai kesejahteraan (sekaligus kemiskinan) penduduk sebuah negara, yang bukan ditinjau berdasarkan aspek pendapatan, sangatlah bervariasi. Ada yang berpendekatan ekonomi, ada juga yang berpendekatan social.
Tingkat kesejahteraan penduduk dapat pula dilihat melalui alokasi pengeluaran konsumsinya. Semakin sejahtera penduduk suatu negeri, maka semakin kecil pengeluaran konsumsinya untuk pembelian bahan pangan.
Tolak ukur-tolak ukur kemakmuran, apapun pendekatannya serta dari manapun sudut tinjauannya, pada umumnya akan konsisten. Oleh karena itu meskipun tolak ukur dengan tinjauan pendapatan bukan satu-satunya tolak ukur, ini tetap saja relevan dan paling lazim diterapkan.
STRUKTUR EKONOMI INDONESIA
Struktur ekonomi sebuah negara dapat dilihat dari berbagai sudut  tinjauan . Struktur ekonomi dapat dilihat setidak tidaknya berdasarkan 4 macam sudut tinjauan yaitu : (1) tinjauan makro-sektoral, (2) tinjauan keruangan,(3)  tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, (4) tinjauan birokrasi pengambilan keputusan
Dua yang disebut pertama merupakan tinjauan ekonomi murni, sedangkan dua yang terakhir merupakan tinjauan politik .
Berdasarkan tinjauan makro-sektoral, sebuah perekonomian dapat berstruktur misalnya : agraris, industrial atau niaga tergantung pada sector produksi apa /mana yang menjadi tulang punggung perekonomian yang bersangkutan . berdasarkan tinjauan keruangan ( spasial ), perekonomian dapat dinyatakan berstruktur kedesaan /tradisional dan berstruktur kekotaan/ modern . hal ini bergantung pada apakah eilayah pedesaan dengan teknologinya yang tradisional mewarnai kehidupan perekonomian itu, ataukahwilayah perkotaan dengan teknologinya yang sudah relative modern yang mewarnai nya .
Berdasarkan tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, perekonomian yang berstruktur etatis, egaliter, atau borjuis . struktur ini bergantung pada siapa atau kalangan mana yang menjadi pemeran utama dalam perekonomian yang bersangkutan .berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan dapat dibedakan antara struktur ekonomi yang sentral listis dan yang desentralistis .

TINJAUAN MAKRO-SEKTORAL
Dilihat makro sektoral berdasarkan konstribusi sector-sektor produksi ( lapangan usaha ) dalam membentuk produk domestic brutol perekonomian Indonesia yang hingga tahun 1990 masih agraris kini sudah berstruktur industrial .
Keindustrian struktur ekonomi sesungguhnya belum sejati, masih sangat dini. Keindustrian nya barulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam membentuk produk domestic bruto atau pendapatan nasional . Keindustrian yag ada belum didukung dengan konstribusi sektoral dalam menyerap tenaga atau angkatan kerja .
Jadi, ditinjau secara makro-sektoral struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya masih dualistis. Sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk masih sector pertanian . dalam kaitan ini berarti struktur tersebut masih agraris . akan tetapi penyumbang utama pendapatan nasional adalah sector industry pengolahan. Dalam kalian ini berarti struktur tersebut sudah industrial. Semua itu berarti bahwa secara makro-sektoral ekonomi Indonesia baru bergeser dari struktur yang agraris ke struktur yang industrial .

TINJAUAN LAIN
Pergeseran struktur ekonomi secara makro-sektoral ini senada dengan pergeserannya secara spasial, perekonomian telah bergeser dari semula berstruktur kedesaan/tradisional menjadi kini berstruktur kekotaan/modern . kemajuan perekonomian di  kota-kota jauh lebih pesat daripada di desa-desa. Porsi penduduk yang tinggal di kawasan pedesaan menjadi lebih sedikit bukan semata-mata karena urbanisasi, tetapi juga karena mekar dam berkembangnya kota-kota. Kehidupan sehari-hari yang semakin modern tercermin tidak saja dari perilaku konsumsi masyarakat, tapi juga dari teknolgi produksi yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan .
Struktur ekonomi yang etatis dan sentralistis, berkaitan erat. Argumentasi yang sering dijadikan legitimasinya adalah karena sebagai sebuah negara berkembang . dalam kondisi seperti itu, diperlukan peran sekaligus dukungan pemerintah sebagai agen pembangunan, sehingga menjadikannya etatis sekaligus dibutuhkan pemerintah pusat yang kuat, sehigga menjadikannya sentralistis .
Pembangunan ekonomi yang memang sengaja diarahkan ke industrial tentu saja mengurangi kadar agraritas struktur perekonomian. Hal yang barangkali agak disayangkan ialah belum semua lapisan dan golongan masyarakat luas untuk bermitra dalam pembangunan, hanya kaum pemodal dan pengusaha yang bisa berperan serta aktif. Sebagian besar rakyat terpaksa harus puas menjadi “supporter”, oleh karnanya tidaklah mengherankan jika kini perekonomian kita, cenderung berstruktur borjulis
Struktur ekonomi yang tengah kita hadapi saat ini seseungguhnya merupakan suatu struktur yang transisional. Kita sedang beralih struktur yang agraris ke industrial  dari struktur yang etatis ke borjulis, dari sturktur yang kedesaan/tradisional ke kotaan/modern, sementara dalam hal birokrasi dan pengambilan keputusan mulai desentralis.

KONSEP-KONSEP PENDAPATAN DITINJAU KEMBALI
Sejak beberapa tahun terakhir, konsep pendapatan rasional gencar digugat. Konsep konvesional yang ada dianggap kurang memadai untuk konteks sekarang. Terutama dalam kaitan dengan isu lingkungan hidup atau paradigma pembangunan yang berkelanjutan. Konsep pendapatan nasional yang selama ini diterapkan dianggap belum memasukkan factor biaya kerusakan lingkungan di dalam perhitungannya. Akibatnya, bukan angka pendapatan nasional yang dihasilkan berlebihan, juga menyebabkan orang menjadi kurang peduli akan lingkungan hidup .
Intinya, konsep pendapatan nasional harus dimodifikasi, dikoreksi dengan biaya kerusakan lingkugan hidup dalam rangka pembangunan ekonomi. Apabila pendapatan nasional yang dimaksud  dengan konsep Gross Domestic Produc (GDP) dan biaya lingkungan dilambangkan dengan EC (Environmental Cost), maka secara sederhana GDP yang dimodifikasi dapat dirumuskan sebagai Modified GDP = Conventional GDP – Environmental Cost, alias GDP = GDP – EC.
Biaya kerusakan lingkungan (EC) meliputi nilai ekonomi yang hilang akibat , misalnya berkurangnya tingkat kesuburan tanah, keruhnya air sungai sehingga penggunaannya menjadi terbatas, penipisan cadangan sumber daya alam dan ongksos pemuihan kesehatan yang terpaksa dikeluarkan masyarakat karna pencemaran lingkungan
Dengan rumus tadi tentu saja ankga pendapatan nasional akan menjadi lebih rendah.
Tinjauan ulang konsepsonal bukan hanya terhadap pendapatan nasional secara agregat . akan tetapi juga terhadap pendapatan perkapita . pendapatan perkapita dianggap kurang memadai untuk perbandingan internasional,

No comments:

Post a Comment